Baru Aku Tahu..

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Jumat, 11 Des 2015 10:47 WIB
Waktu itu aku sempat benci kenapa engkau masih mengandung lagi, dalam pikiranku tidak cukupkah lima anak dalam keluarga besar kita.
Ilustrasi (Thinkstock/MaxRiesgo)
Jakarta Selatan, CNN Indonesia -- Dear mom,

Waktu itu usiaku masih sekitar 12 tahun, aku sudah punya dua adik dan dua kakak. Ya, aku anak tengah, orang bilang anak tengah itu biasanya paling bandel atau paling berhasil. 

Waktu itu aku sempat benci kenapa engkau masih mengandung lagi, dalam pikiranku tidak cukupkah lima anak dalam keluarga besar kita. Aku merasa tidak betah di rumah saat itu, lebih ingin berada di sekolah untuk ikut segala macam kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah. Berangkat sekolah pagi, pulangnya pun pasti sore hari. Mungkin itu caraku untuk protes buat ketidaksukaanku dengan calon adik baruku.

Pada saat itu aku tidak berpikir bahwa engkau terlahir ke dunia ini tanpa saudara kandung. Perang telah merenggut nyawa kakekku tepat bersamaan dengan lahirnya ibuku. Nenekku dengan penuh tangis terpaksa meninggalkan Ibuku di rumah mertuanya, karena begitu banyak duka yang dirasa karena kepergian suaminya. Tiada daya upaya yang nenekku bisa lakukan saat meninggalkan engkau di kasur kapuk beralas kain batik, bayi mungil yang menangis tak henti seakan tahu akan rencana kepergian ibu kandungnya.

Dari cerita para tetua keluarga aku mendengar, betapa engkau menjalani kehidupan ini dengan tidak mudah. Engkau tinggal dan dibesarkan dengan penuh cinta oleh adik dari kakekku, berprestasi, selalu punya nilai tinggi, tapi tak punya biaya untuk sekolah tinggi. Bahkan berjualan serabi sambil bersekolah pun engkau jalani tanpa keluh.

Beberapa kesempatan menimba ilmu lebih tinggi engkau lewatkan karena ketiadaan biaya. Tapi bisa engkau tebus saat usiamu lima puluh tahun, saat mendampingi papaku bertugas di Jambi, dengan menjadi mahasiswi paling senior di Universitas Jambi.

Menjadi guru, pahlawan menjadi tanda jasa engkau jalani, bukan hanya sebagai usaha mencari penghasilan tambahan yang dengan ikhlas engkau berikan kepada keluarga, tapi juga bakti pada negara hingga masa pensiunmu tiba.

Kini aku sudah jadi ibu, baru aku tahu, baru aku mengerti betapa seorang ibu akan melakukan apapun untuk kebahagiaan anak-anaknya. Kini aku mengerti kenapa engkau tetap bangun di saat matahari pagi belum menampakan sinarnya, memulai dengan doa, menghangatkan perut kami dengan apapun yang bisa engkau sajikan untuk kami. Sementara dulu kami seringnya cemberut karena jatah makan kami terasa sedikit karena harus selalu berbagi.

Kini aku mengerti kenapa engkau tidak pernah punya benda mahal dalam lemarimu, selalu sayang membuang sepatu usangmu, itu semua juga engkau lakukan demi senyum anak-anakmu di kemudian hari, saat mereka sudah menggapai semua citanya dan memberikan yang lebih baik untuk keluarganya.

Ibu tersayang, ampuni aku, maafkan aku untuk semua salah, prasangka, cemberutku, kecewaku saat itu yang sungguh rasanya tidak pantas ada dalam hati seorang anak.

Adik yang sempat aku benci saat ada di kandungmu itu sekarang telah menjadi adik kesayanganku, yang telah menjadi seorang pejuang tanpa kenal rasa lelah dalam menjalani pendidikan untuk menjadi yang terbaik, sempat berbakti mengajar anak anak di salah satu wilayah terpencil di negeri ini, semangatnya sama sepertimu. Mulia dan akan selalu mulia.

Semoga Allah SWT selalu menjagamu Ibu, memberikan kebahagiaan dunia dan akhirat, semoga Allah SWT juga memberikan kesempatan aku untuk setidaknya membahagiakanmu semampuku, sebelum nanti kita bertemu lagi di tempat yang lebih abadi.
(ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER