Takut Gelap, Perasaan yang Diwariskan Oleh Nenek Moyang

Bahariyani Mareza | CNN Indonesia
Selasa, 22 Mar 2016 14:43 WIB
Walau terdengar kekanak-kanakan, perasaan takut terhadap gelap ternyata telah diturunkan oleh nenek moyang kita sejak zaman prasejarah.
Ilustrasi (CNNIndonesia/GettyImages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang masih takut gelap walau sudah dewasa? Hampir setiap orang melalui fase ini terutama saat menginjak usia 2-3 tahun, karena usia tersebut anak baru belajar berimajinasi sehingga muncul perasaan takut ketika gelap tiba.

Gelap seringkali diimajinasiksan dengan munculnya hantu atau monster yang akan menerkam tiba-tiba. Perasaan waspada bertambah ketika melihat sumber kegelapan seperti kolong tempat tidur, sudut-sudut lemari atau apapun yang gelap dan sempit.

Walau terdengar kekanak-kanakan, perasaan takut terhadap gelap ternyata telah diturunkan oleh nenek moyang kita sejak zaman prasejarah. Jadi suatu hal yang wajar ketika rasa takut itu diturunkan kepada kita, karena DNA takut gelap itu ada dan berevolusi.

Dahulu kala, gelap merupakan keadaan yang dipilih para predator untuk mencari mangsa, karena banyak sumber makanan sedang tertidur lelap. Seperti diketahui manusia adalah puncak rantai makanan, sehingga nenek moyang kita sangat sadar keluar di kala gelap adalah suatu hal yang berbahaya.

Jarak pandang yang buruk, membuat manusia selalu gelisah ketika gelap datang dan kini menjadi insting yang terus diturunkan kepada leluhurnya.

Contoh kasus, seseorang yang mengalami insomnia tanpa disadari disebabkan rasa takut terhadap gelap, karena ketika tidur mereka merasa akan ada hal yang mengancam terjadi, dan memilih terjaga sepanjang malam.

Sebanyak 46 persen ketakutan terhadap gelap dialami bagi mereka yang kurang tidur. Sementara mereka yang cukup tidur hanya sekitar 26 persen. Frekuensi sebanyak 54 persen orang merasa takut, muncul antara pukul 22.00 hingga pukul 02.00 dini hari.

Penyebab takut gelap yang hampir dialami banyak anak menjadi bahan studi Ryerson University dan Lab depresion Toronto, yang menguji mahasiswanya dalam ruangan remang-remang dengan suara-suara yang muncul tiba-tiba. Sebanyak 93 mahasiswa bereaksi sama yaitu ketakutan. Ketakutan terhadap gelap tidak berarti ekstrem seperti berteriak dan marah, namun lebih kepada kecemasan dan adanya firasat buruk.

Keadaan emosi demikian merupakan rangsangan yang terlatih bertahun-tahun, dan secara otomatis muncul ketika adanya perubahan lingkungan seperti adanya gelap. Kecemasan umumnya tertanam dalam jiwa dan menjadi naluri sehingga muncul sewaktu-waktu hingga dewasa.

Bagi anak yang mulai mengurangi rasa takut terhadap gelap hingga dewasa, disebabkan mereka melihat lingkungan sekitar yang baik-baik saja saat gelap itu ada, sehingga kecemasan terlatih menghilang. Ini merupakan sistem yang unik, ketika emosi diasah secara halus ia akan tumbuh dan berkembang biak secara turun temurun. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER