Jakarta, CNN Indonesia --
Junk food tak sehat, sudah banyak penelitian yang bilang begitu dan kita pasti tahu. Makanan jenis ini berhubungan dengan gizi buruk, masalah jantung, tekanan darah tinggi, dan sejumlah penyakit lainnya.
Bahkan, ada penelitian yang mengaitkan
junk food dengan peningkatan depresi. Masalahnya nih, kita sudah tahu semua itu. Tapi kok susah ya
move on dari
junk food?
Lihat yuk hasil penelitian Steven Witherly, seorang ilmuwan yang telah menghabiskan 20 tahun terakhir mempelajari apa yang membuat makanan tertentu lebih adiktif ketimbang makanan lainnya.
Menurut Witherly, ketika kita makan makanan yang lezat, ada dua faktor yang membuat kita merasakan pengalaman menyenangkan. Pertama, ada sensasi pada saat memakan makanan seperti asin, manis, dan gurih. Lalu ada rangsangan baunya seperti membuat orang berimajinasi jika memakannya.
Hal demikian dikenal sebagai "orosensation”. Untuk memunculkan sensasi tersebut banyak produsen makanan menghabiskan jutaan dolar untuk membuat racikan bumbu yang paling memuaskan, meskipun makanan tersebut hanya sekadar keripik.
Sensasi ini sangat penting bagi produsen makanan untuk meningkatkan penjualan mereka. Bagi konsumen yang mencicipi makanan tersebut, otaknya merekam kesan makanan tersebut dan ingin mengulanginya lagi dan lagi.
Faktor kedua adalah
makeup makronutrien pada makanan. Ini merupakan campuran protein, lemak, dan karbohidrat yang dikandungnya. Dalam kasus
junk food, produsen makanan mencari kombinasi sempurna dari garam, gula, dan lemak, yang menggairahkan otak kita dan membuat kita datang kembali untuk memakannya lebih banyak lagi.
Otak yang terbiasa memakan makanan yang itu-itu lagi, secara perlahan akan menghilangkan sensitivitas pada sensor tertentu dan akan menurun dari waktu ke waktu. Hal ini dapat terjadi hanya dalam hitungan menit lho. Itulah mengapa ketika kamu telah menyukai mi instan maka kamu akan kesulitan untuk memakan sayuran.
Junk food dirancang untuk meyakinkan otak kita bahwa kita mendapatkan nutrisi. Reseptor di mulut dan perut memberitahu otak kita tentang campuran protein, lemak, karbohidrat dalam makanan tertentu, dan bagaimana mengisi makanan bagi tubuh.
Junk food memberikan cukup kalori yang mengatakan otak bahwa makanan ini mengandung beberapa energi, tetapi kita tidak menyadari seberapa banyak yang telah kita makan.
Di sinilah
psychobiology dari
junk food benar-benar bekerja mengontrol seseorang. Jika kita memakan sekantong keripik, lain kali bila menemukan makanan serupa secara otomatis air liur akan merespons, sehingga kamu berfikir inilah makan favoritmu.
Nah, sudah tahu kan mengapa kamu bisa keranjingan
junk food?
(ded/ded)