Jakarta, CNN Indonesia -- Mungkin anak-anak di zaman saya yang paling beruntung. Di masa balita disuguhi lagu-lagu edukatif dan penampilan menarik Chicha Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Ira Maya, dan kawan-kawan.
Sajian mereka menarik dari berbagai elemen - dari vokal, gaya yang orisinil anak-anak, hingga lagu dan liriknya yang sesuai umur plus mendidik. Ketika generasi Chicha meninggalkan kami, masih berlanjut dengan penyanyi-penyanyi cilik generasi berikutnya yang semakin piawai bernyanyi, musik yang lebih fresh, namun tetap "anak-anak" dan edukatif.
Hana Pertiwi, Novia Kolopaking, Julius Sitanggang, hingga Anggun C Sasmi cilik hadir menghibur masa peralihan generasi saya ke remaja.
Di masa kecil itu, festival-festival Children Pop Singer pun tersaji indah menurut saya. Tidak ada lagu-lagu orang dewasa bertema cinta dan birahi diperbolehkan untuk dinyanyikan.
Iringannya pun lengkap - mini orkestra atau band lengkap. Melatih anak-anak menikmati dan mengapresiasi seni musik yang sesungguhnya. Di beberapa festival yang saya lihat, lagu-lagu semacam Serumpun Padi, Melati Suci, Desaku, Nusantara Indah, dan lain-lain melantun syahdu lewat suara-suara anak-anak yang indah. Lagu dewasa ada, tapi secara lirik masih diterima oleh anak-anak.
Di paruh akhir 80-an hingga 90-an, lagu anak-anak kembali marak meski terdengar sangat industrial. Namun itu masih lebih baik jika dibandingkan dengan masa sekarang yang "kosong" dan jikalau ada sajian penyanyi anak-anak lewat ajang kompetisi, lagu-lagunya bukan untuk mereka.
Tidak hanya syair namun juga notasi-notasi yang diciptakan. Anak-anak setahu saya masih memiliki ambitus yang terbatas yang bisa diperlebar pelan-pelan dengan latihan, namun tetap saja range mereka berbeda dengan range vokal orang dewasa.
Sering saya merasa sayang ketika mendengar adik-adik ini bernyanyi tanpa memperhitungkan masa depan mereka (dari perspektif menjaga pita suara dan kualitas vokal di masa depannya). Mudah-mudahan orang-orang yang menjadi mentor dan panutan yang sering kita lihat di TV-TV segera menyadari atau stasiun TV merekrut orang yang benar-benar ahlinya sehingga talenta-talenta Indonesia mampu mengoptimalkan bakat dan kemampuannya.
Jangan sampai ada lagi figur prominen di dunia olah vokal yang ternyata salah memberikan arahan sementara saya yakin banyak pemirsa yang tidak mengerti jika apa yang disampaikan itu salah.
Mudah-mudahan anak-anak sekarang seberuntung saya ketika kecil dulu, mendapatkan keindahan sesuai dengan umur dan kebutuhan saya.
(ded/ded)