Tentang Vorrijder dan Sirene di Tengah Kemacetan Jakarta.

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 29 Sep 2016 09:00 WIB
Di tengah waktu tempuh kemacetan, muncul voorijder dan sirine bertuit-tuit. Mengejar apa? Entahlah.
Ilustrasi sirene (Pixabay/Diegoparra)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada hal menarik di negara berkembang di Asia, Afrika hingga negara Amerika Latin. Tingkat kemacetan kendaraan di wilayah perkotaan di negara-negara itu belum teratasi dengan saksama.

Di Indonesia khususnya di Jakarta, di tengah pembangunan di sektor ekonomi perdagangan, berkembang pesatnya nilai industri otomotif, dan tata kelola perdagangan di sektor industri umum, semakin baik melayani tingkat kebutuhan masyarakat.

Kesejahteraan publik juga lumayan bagus di tengah pesatnya usaha di segala lini. Semua pihak berkesempatan untuk berupaya di bidang wiraswasta dan bisnis formal. Kelihatannya oke banget.

Pedagang kaki lima mendapat kesempatan kios yang memadai di tengah peningkatan kebutuhan tempat tinggal sederhana. Rumah susun hingga apartemen bagi warganya, juga cukup baik.

Sektor komunikasi antar daerah telah semakin cepat dengan pengadopsian jaringan Internet. Bis umum, hingga busway, commuter line, antar wilayah dan pembangunan lainnya. Saya kagum.

Namun ada hal yang kurang menarik. Ini bukan pembelajaran yang baik bagi publik, jika ditinjau dari tingkat kebutuhan hidup. Di tengah waktu tempuh kemacetan, muncul voorijder dan sirine bertuit-tuit tulalit tiut tiut.

Tim voorijder dan sirene entah mengawal siapa, kadang motornya mencoba menyeruak di antara kemacetan kendaraan. Tak apa juga barangkali. Meski kadang di antara pengguna jalan nyaris serempetan atau senggolan.

Begitu voorijder dan sirene lewat, ternyata hanya dua atau tiga mobil warna hitam dikawal. Apa dan siapa mereka sulit dibedakan. Tak apa juga sih. Mungkin tugas para beliau teramat penting.

Sekadar mengingatkan. Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono, di era pemerintahannya, pernah mengatakan bahwa voorijder dan sirene tak boleh digunakan kecuali untuk kendaraan Presiden, Wakil Presiden, ambulans, tamu negara dan pemadam kebakaran.

Jika dengan jujur mempertimbangkan kepentingan masyarakat di berbagai sektor di jalanan, sebetulnya masyarakat juga memiliki kepentingan sama, bukan? Bisa jadi teramat penting.

Terutama di sektor putaran nilai tukar transaksi perdagangan kecil hingga sedang. Di pasar-pasar tradisional atawa modern, agen-agen ritel dan salesforce (kekuatan jual beli). Justru salah satu pilar cukup berpengaruh menguatkan nilai tukar mata uang rupiah loh.

Persoalannya bukan tidak setuju atau protes pada penggunaan voorijder dan sirene hanya untuk mengawal segelintir kendaraan entah siapa di tengah kemacetan. Monggo mawon.

Namun akan lebih indah tidak memaksakan minta jalan duluan di tengah kemacetan Jakarta.

Mari diingat kembali, contoh dan keteladan Bapak Joko Widodo, sekarang Presiden ke-7 NKRI. Ketika beliau menjabat Gubernur DKI, hanya menggunakan mobil sederhana tanpa pengawalan atawa voorijder dan sirene. Salam Indonesia Unit. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER