Jakarta, CNN Indonesia -- Hidup sederhananya adalah siklus dalam putaran keseimbangan Jagad Raya. Lahir, mengarungi hidup, lalu wafat. Hanya ada dua slot pilihan hidup menjadi kepastian. Kanan atau kiri. Baik dan buruk. Cakep dan ganteng. Bulan dan Matahari. Siang dan malam. Musim penghujan (dingin) dan musim panas (sesungguhnya ini dasar dari musim), setelah alam terbentuk.
Akibat perbedaan suhu tekanan pada ruang-ruang alam raya, muncullah fenomena alam dan gejalanya akibat interaksi kehidupan di dalam semesta.
Akibat inti panas muncullah inti dingin. Sebaliknya puncak dari inti dingin muncullah inti panas. Sirkulasi natural itu menjadi geonuklir alamiah, alam merubah diri seperti keinginannya akibat sebuah pola putaran semesta hiper-cepat.
Albert Einstein, fisikawan dengan julukan "nabi ilmu pengetahuan" pertama memperkenalkan teori relativitas di ranah ledakan massa bintang membentuk lubang hitam (black holes) hingga tim ilmuwan NASA terkini masih terus meneliti perilaku aneh dan unik gravitasi semesta.
Kebudayaan modern awalnya dikejutkan penemuan dahsyat itu, yang berlaku hingga kini. Puji syukur menakjubkan.
Ah, bener nih. Mari kita berfikir logis. Sebab berfikir logis adalah karunia Tuhan.
Gravitasi ada di ruang metafisika (ruang tak terjangkau), tak tampak tapi terasa, menghadirkan segala benda hidup dan material (fisik) terlihat, dapat diraba dan dirasakan. Main kelereng, dijentikkan dengan jari tangan kelereng pun menggelinding.
Terbayangkah oleh dikau, jika tak ada metafisika-gravitasi, maka antar benda fisik dan benda hidup akan saling bertabrakan.
Makhluk hidup bisa menggerakkan tubuh dari perintah motorik otak, berdiri dan berlari, jika tak ada tingkat metafisika-gravitasi, pasti dikau dan daku jungkir balik tabrakan seperti di ruang hampa udara.
Nah ketemu fungsi udara-oksigen. Masukan api dalam ruang kosong, ke dalam kaleng misalnya, pasti mati apinya. Mengapa? Karena tak ada oksigen. Sebab oksigen adalah ruh alam raya. Sangat sederhana kan?
Hebat ya Tuhan Maha Pencipta, memberi banyak hal pengetahuan baik pada makhluk hidup, manusia dan segala isinya.
Pada dasarnya Tuhan menyayangi semesta dan segala isinya. Tidak ada kata tidak mungkin. Karena Tuhan Maha Pencipta, maka seluruh teori di luar badan sesungguhnya sudah ada di dalam sel otak manusia dengan jumlah sel otak tak terhingga, bahkan lebih banyak dari bintang di Semesta. Itu sebabnya wajib belajar dan belajar terus.
Mengenal huruf A misalnya, huruf nomor satu dan paling awal. Mata melihat, menyerap, mendengar, bunyi A direkam otak, lalu di keluarkan lagi oleh suara dengan bunyi A yang sama. Maka keyakinan (ruh) mengatakan bahwa itu huruf A.
Mari menarik waktu mundur ke belakang. Huruf A di perkenalkan oleh Pak Guru atau Bunda dan Ayah. Beliau mendapat pelajaran itu dari para guru sebelumnya. Maka jika dihitung dengan waktu mundur terus ke belakang, akan bertemu dengan peradaban ke peradaban sebelum kehidupan kini.
Coba terus berpikir bersama waktu mundur ke belakang. Banyak sejarah dan ilmu pengetahuan sebelum kebudayaan kehidupan terkini. Jika terus mundur bersama waktu akan menjumpai angka nol atau kosong. Terbayangkah ketika alam raya kosong, tak ada siapapun, tak ada apapun?
Maka hanya ada Nur Ilahi-Cahaya Tuhan, dari hanya sebuah Cahaya Esa Yang Eksak. Terciptalah kehidupan dari sebuah hukum anonim penciptaan keseimbangan di ruang kosong-sesungguhnya isi demikian juga sebaliknya.
Apa isinya? Kembali pada Nur Ilahi adalah Cahaya Inti Hidup atau Tuhan Yang Maha Esa. Jika di tarik kembali, dari benihMu aku tercipta lewat Bunda dan Ayah, hingga seterusnya menjadi kehidupan kini.
Oleh sebab itu merawat diri menjadi sehat adalah iman bagi kehidupan di ranah keluarga, individual menjadi kelompok, membentuk aturan-aturan moral, dalam suatu evolusi kebudayaan. Membentuk diri menjadi Negara serta segala isi dan permasalahannya.
Jika rakyat sehat dan kuat, maka Negara juga akan sehat dan kuat. Menjaga hidup kita adalah menjaga lingkungan sekitar dan keluasannya, menghormati Bunda dan Ayah sebagai Bapak dan Ibu Presiden di Rumah-adalah Negara kecil.
Oleh sebab itu kejarlah ilmu dan pengetahuan setinggi tak terhingga. Di sanalah iman kehidupan, ada Tuhan Maha Pengasih dan Penyayang pada semua umatnya tanpa pandang bulu.
Menjadi keseimbangan kehidupan-harmoni di dalam diri, itulah salah satu inti pengabdian kepada negara dan bangsa yang eksak, akal dan logis. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)