Merantau Cara Vikra Ijas, Si Pegiat Start Up

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Rabu, 28 Sep 2016 07:21 WIB
"Jangan takut merantau, apalagi ke luar negeri. Berada di negeri orang akan memaksa kita mengenal diri sendiri dan menghargai perbedaan."
Chief Marketing Officer kitabisa.co.id sekaligus alumni Universitas Auckland, Vikra Ijas berpose saat media gathering di Kedutaan Besar Selandia Baru, Jakarta, Kamis (15/9). (Dok. ENZ)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ketika pertama kali melihat sosok ini, kesan garang dan sangar adalah yang saya dapatkan. Rambutnya yang panjang diikat ke belakang, dengan kumis dan berewok plus matanya yang agak sipit membuatnya terlihat seperti gangster dari Jepang.

Tapi tunggu dulu, ternyata pria ini berhati baik dan lembut lho kawan.

Namanya Vikra Ijas. Saat ini saja ia bekerja di sebuah start up digital yang berkonsentrasi pada penggalangan dana secara online. Dan nantinya dana ini akan didonasikan untuk hal sosial. Untuk membantu sesama yang membutuhkan.

CNN Student berkesempatan bertemu beberapa waktu lalu di Kedutaan Besar Selandia Baru. Ngapain dia di sana? Ternyata Vikra itu lulusan dari Selandia Baru.

Vikra bersama keluarga hijrah ke Selandia Baru pada tahun 2004, saat dirinya duduk di bangku kelas 2 SMP. Ia lalu melanjutkan studinya di sana hingga kuliah.

Bercerita pengalamannya di sana, Vikra mengatakan bahasa adalah kendala pertama yang dihadapinya. Soalnya aksen Inggris di Selandia Baru cukup sulit ia pahami. Selebihnya tak ada persoalan berarti.

Vikra bersama keluarga tinggal di kota Auckland, bagian utara Selandia Baru. Meskipun keluarganya memutuskan kembali ke Indonesia pada tahun 2006, Vikra memilih tak ikut karena sudah merasa betah di Selandia Baru. Setelah keluarganya pulang, Vikra tinggal bersama sebuah keluarga Indonesia sampai akhirnya memutuskan untuk menyewa sebuah flat ketika masuk kuliah.
Menjadi minoritas di negeri orang, akan memaksa kita mengenal diri kita sendiri.Vikra Ijas, Kitabisa.com

Ia memutuskan kuliah di University of Auckland. Pecinta makanan sehat ini memilih mengambil kuliah Bachelor of Commerce dengan jurusan Marketing & International Business. Tapi ternyata ini bukan jurusan pertama yang ia pilih. Awalnya ia kuliah di jurusan Finance & Acconting, tapi ketika ia mencoba mengambil kelas marketing ia langsung jatuh cinta dengan bidang ini. Vikra akhirnya memutukan pindah jurusan.

Ia pernah gagal di mata kuliah matematika di jurusan yang pertama dipilihnya. Padahal ia ingin sekali menjadi seorang akuntan. Namun kegagalan itu membuatnya lebih mantap untuk pindah jurusan. Ia bekerja keras untuk bisa lulus tepat waktu. Untuk meraih jenjang S1 di sana, dibutuhkan waktu normalnya 3 tahun, tapi karena pindah jurusan ini ia menyelesaikan kuliahnya dalam 3,5 tahun.

Menurut pria yang akan segera menjadi seorang ayah ini, kuliah di Selandia Baru benar-benar memberikan kesempatan para siswanya untuk mengeksplorasi apapun minat mereka. Ditambah lagi dengan fasilitas moderen bertaraf internasional, dan juga dosen yang sangat kooperatif.

Katanya, dosen di Selandia Baru memiliki Open Office Hours. Tiap siswa akan diberikan kesempatan untuk ngobrol empat mata untuk berkonsultasi seputar kelas, materi kuliah, atau tugas.

Di Selandia Baru, para siswa akrab dengan kerja paruh waktu. Mulai dari usia 15 tahun, mereka sudah diizinkan untuk bekerja paruh waktu. Namun, waktunya dibatasi hanya 20 jam perminggu.

Vikra juga melakukan itu. Pria yang hobi membaca ini sempat bekerja sebagai loper koran, bekerja di perusahaan makanan cepat saji, di call center perusahaan riset, sampai magang di sebuah start up alias perusahaan rintisan, yang ia teruskan hingga saat ia lulus.

Menurutnya, meskipun hanya pekerja paruh waktu dan bukan warga lokal, ia tidak diperlakukan berbeda. Semua diberi tanggung jawab yang sama, dan yang dilihat adalah kemampuan dari tiap pekerjanya.

Nah dengan bekerja paruh waktu, selain bisa membiayai kehidupan, Vikra juga mendapat pelajaran kultur bekerja dan profesionalisme sejak usia muda. Jadi, ia tidak akan kaget ketika lulus kuliah dan masuk ke dunia pekerjaan.

Selain kuliah dan bekerja paruh waktu, anak pertama dari 2 bersaudara ini juga aktif di berbagai organisasi lho. Ia sempat aktif di Perhimpunan Pelajar Indonesia, Islamic Student Association, AIESEC, dan juga mengikuti club yang menjadi hobinya yaitu Capoeira Club dan Brazilian Jiu Jitsu Club.

Untuk mengisi waktu luangnya, Vikra gemar membaca buku, mencari inspirasi di Internet, belajar bahasa baru, dan akhir-akhir ini Vikra juga tengah gemar membuat vlog atau video blogging. Ia mempunyai channel Youtube bernama Vikra Ijas, vlog yang ia buat dinamai #CAST atau Catatan Anak Start Up.

Di vlog ini Vikra kerap berbagi video yang berisi mengenai seluk beluk start up yang tengah digelutinya. Jadi kalau kamu tertarik untuk mecoba membangun bisnis start up, kamu bisa nih kepoin Youtube Vikra Ijas.

Setelah lulus ia tak langsung bekerja, Vikra memutuskan untuk break sejenak dan pergi ke Ukraina untuk mengikuti program pertukaran pemuda bersama AIESEC selama 2 bulan. Setelah itu baru ia kembali lagi ke perusahaan yang dulu menjadi tempat magangnya. Ternyata perusahaan ini melakukan ekspansi ke Indonesia dan Vika menjadi salah satu timnya.

Setelah belajar banyak mengenai start up di perusahaan ini, Vikra berkeinginan untuk mengaplikasikannya dengan cara yang lebih baik dan sesuai dengan nilai lokal. Ia lalu memutuskan untuk bekerja di sebuah start up digital bernama Kitabisa.com, sebuah wadah penggalangan dana sosial melalui media online.

Ia memilih bekerja di perusahaan start up dengan alasan skala yang bisa dijangkau dan dicapai begitu besar, sehingga yang diperjuangkan adalah kebaikan dan perubahan. Tapi membangun start up digital di Indonesia masih tergolong sulit. Sumber daya dan pengetahuan mengenai start up di Indonesia masih sedikit.

Pekerjaannya saat ini ternyata berbeda lho dengan cita-citanya dulu. Vikra kecil bercita-cita ingin menjadi pemain smackdown atau atlet UFC. Namun kini, pekerjaan yang ia impikan adalah pekerjaan yang bisa mengbah kehidupan banyak orang dan menciptakan dunia yang lebih damai. Mulia sekali ya.

Dari Selandia Baru ia belajar untuk tidak membeda-bedakan orang berdasarkan latar belakang, hidup jujur, dan menyayangi alam. Dan ia juga berpesan, agar kita harus berani merantau. Tidak harus ke luar negeri.

Pun kalau kalian memilih merantau ke luar negeri kamu akan mendapat pengalaman berbeda. Dengan menjadi minoritas di negeri orang, akan memaksa kita mengenal diri kita sendiri dan belajar mengapresiasi perbedaan. Dan yang tak kalah penting, kita bisa membangun jaringan internasional yang lebih luas.

“Live with compassion and bring out the best in other,” menjadi prinsip hidupnya selama ini. Saat ini Vikra tengah fokus untuk terus mengambangkan Kitabisa.com agar bisa memperluas segmen yang membutuhkan penggalangan dana supaya nantinya efek yang ditimbulkan semakin besar. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER