Jakarta, CNN Indonesia -- Rischa Indira Sabrina siswi kelas 12, SMAN 8 Jakarta saat ini tengah menjalani program pertukaran pelajar di Rusia. Tepatnya di Private School of Saint Olga yang berada di kota Kostroma. Kota ini jarak dari ibukota Rusia (Moskow) sekitar 4 hingga 5 jam perjalanan.
Meski berada di luar negeri, Rischa tak melupakan kecintaannya pada budaya Indonesia, khususnya menari. Sedari kecil Rischa ini memang sudah diajarkan untuk mencintai kebudayaan negeri sendiri. Penggemar soto ini sudah belajar menari kelas 2 SD lho.
Tarian pertama yang ia pelajari adalah Tari Bondan Payung dari Jawa Tengah dan tari Indang dari Sumatera Barat. Menurut Rischa, tari tradisional memiliki daya tarik tersendiri.
Satu hal yang menarik untuknya adalah filosofi di balik tari-tarian tradisional. Selain itu tari tradisional menurutnya memiliki keanggunan dan daya tariknya sendiri. Selain bentuk gerakannya yang menarik, ia juga tertarik akan pakaian tradisionalnya yang klasik dan cantik.
“Kalau diperhatikan, gerakan tari tradisional cenderung ke arah bawah atau bisa dikenal juga dengan kata Mendak. Sedangkan kalau tari-tarian yang lain cenderung melmpat atau arahnya ke atas. Secara filosofis, melalui tari-tarian Indonesia kita itu diajarin untuk selalu melihat ke bawah. which basically means, kita harus selalu ingat bahwa di bawah tanah, masih ada lapisan tanah lagi,” ungkap Rischa, kepada CNN Student melalui e-mail.
Kegemarannya dengan tari tradidional ini berhasil membuat Rischa terbang ke Meksiko lho. Rischa tampil di sana sebagai perwakilan Indonesia dalam acara Festical Zacatecas del Folklor Internacional yang ke 49 di kota Zacates, Meksiko. Ini merupakan ajang tahunan di mana berbagai negara diundang untuk meramaikan festival tradisional ini. Acara ini diadakan pada Juli-Agustus 2015, dan dihadiri perwakilan dari sekitar 30-40 negara.
Rischa bersama tim Indonesia berangkat melalui organisasi CIOFF, sebuah organisasi non-pemerintahan yang berjalan di bidang kesenian, terutama dalam hal kirim-mengirim representasi bangsa untuk ditampilkan ke luar negeri. Organisasi ini berada di bawah naungan UNESCO.
Di sana Rischa bersama tim menampilkan 7 tarian tradisional Indonesia. Mereka diberi waktu tampil sekitar 60-90 menit tanpa berhenti. Lokasi kota Zacates yang berada di dataran tinggi cukup menantang bagi Rischa. Karena kadar oksigen yang cukup rendah di sana. Tapi dengan semangat mempromosikan budaya Indonesia, akhirnya ia berhasil menampilkan semua tarian dengan lancar.
Di tengah moderenisasi saat ini, sudah jarang anak muda Indonesia yang mau mempelajari budayanya sendiri. Hal ini juga disadari Rischa, dan membuatnya prihatin. Tapi Rischa tidak ingin seperti itu. Menurutnya Indonesia itu kaya sekali akan budaya.
“Kebudayaan kita itu kaya lho, kenapa sih anak muda zaman sekarang harus malu dengan budayanya sendiri. Kalau bukan kita sendiri, terus siapa yang akan menjaga kebudayaan ini? Pasti tidak mau kan jadi kacang yang lupa sama kulitnya,” ungkapnya.
Kecintaannya akan budaya Indonesia ini juga ia bawa ke Rusia. Baginya menjadi siswa pertukaran pelajar, selain menjadi pelajar dirinya juga menjadi duta untuk dirinya sendiri, keluarga, bangsa, dan agamanya.
Saat di Rusia ia diberi kesempatan untuk mempresentasikan tentang Indonesia di depan guru serta teman-temannya. Rischa menampilkan tarian tradisonal dari Bali yaitu Tari Pendet dan Tari Kipas Makassar dari Makassar. Selain tampil, ia juga mengajari yang lain untuk menari Saman khas Aceh.
“Walaupun masih berantakan, tapi mereka bisa. Sebuah kebanggaan bagi aku bisa menyebarluaskan dan bahkan mengajarkan sedikit dari budaya Indonesia yang kaya ini. menurut mereka, pakaian dan tarian tradisional Indonesia itu sungguh cantik dan anggun,” ungkap Rischa.
Rischa sudah cukup banyak menguasai tarian tradisional dari berbagai daerah. Mulai dari khas Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, dan Jakarta. Selain menari, perempuan penggemar es teh manis ini juga menyukai musik dan melukis. Selain itu ia juga gemar akan seni bercerita dan buku-buku novel. Kegemarannya akan seni membuat ia beberapa kali berhasil memenangkan perlombaan.
Ia banyak menerima penghargaan di bidang pidato dan story telling. Bahkan ia pernah memenangkan kompetisi storytelling di tingkat provinsi. Ia juga pernah menjadi juara 1 lomba tari di darah Jakarta Pusat. Dan Rischa ini juga sering jadi juara kelas lho, hebat ya.
Wah, semoga semakin banyak Rischa-Rischa yang lain di luar sana ya! Selain berprestasi di bidang akademik, tapi juga masih begitu peduli dan cinta akan budaya negeri sendiri.
(ded/ded)