Bandung, Paris van Java dan Kenangan

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 27 Okt 2016 17:59 WIB
Musibah banjir besar Bandung adalah pelajaran. Alam memang harus dipeluk dan dicintai,
Kawasan Pasteur, Bandung, yang terendam banjir beberapa hari lalu. (Foto: CNN Indonesia/ANTARA FOTO/HO/Agus Bebeng)
Jakarta, CNN Indonesia -- Bandung kota kenangan, kota ilham, kota mode Paris van Java, gaya hidup kegembiraan, musik, Bandung kota para muda kreatif dilahirkan, kota takkan terlupakan. Kota perjuangan Bandung lautan api-23 Maret 1946, sengaja dibakar oleh Tentara Republik Indonesia (TRI) dan rakyat, setelah kota Bandung dikosongkan bertujuan agar tak menjadi markas strategis tentara sekutu (Inggris).

Meski saat itu sekutu-tentara Inggris pimpinan Brigadir MacDonald, telah menuju Bandung tertahan di Desa Dayeuhkolot, pertempuran besar dan sengit tak terhindarkan. Mohammad Toha dan Ramdan, berhasil meledakkan gudang amunisi tentara sekutu, dalam misi itu keduanya gugur. Kini monumen kenangan Bandung Lautan Api, berdiri kokoh di kawasan Lapangan Tegallega.

Ada banyak kenangan bagi banyak orang. Entah kenapa kota Bandung bagai magnit membuat orang betah mondar-mandir, sekadar minum kopi bersama sahabat, bernyanyi, bermusik dan bermode, melepas rindu, membuat kenangan penuh cinta, sejak kukenal Bandung di era 1970an.

Singkatnya Bandung kota cinta, kenangan dan bunga flamboyan seperti pada lagu Bimbo ini

Bunga Flamboyan

Senja itu
Flamboyan berguguran
Seorang dara memandang
Terpukau ...

Satu-satu
Daunnya berjatuhan
Berserakan di pangkuan bumi

Bunga flamboyan itu diraihnya
Wajahnya terlihat sayu
Flamboyan berguguran
Berjatuhan, berserakan

Sejak itu sang dara berharapkan
Esok lusa kan bersemi kembali

Cantiknya syair susastra Abah Iwan Abdulrachman, guru sang zaman bagi Bandung, pemuda, Indonesia, segala usia, musik, tentara dan pencinta alam, pendiri Wanadri (1967) beliaulah penulis susastra liris, lagu Bunga Flamboyan, Melati dari Jaya Giri dan Bulan Merah. Beliau adalah merah putih menuju tujuh puncak tertinggi dunia, antara lain Cartenz dan Kilimanjaro. Beliau tentara sejati bagi lingkungan, pegunungan, di hatinya adalah puisi dan komitmen.

Sam, Acil, Jaka dan Iin Parlina merekalah Bimbo, ikon bagi syair puitis balada di tengah hingar-bingar top grup The Rollies bermusik dalam rock, soul funk dan pop, di tengah rock-underground Benny Soebardja, Bandung ketika itu menjadi tolok ukur pertumbuhan, mode dan musik cadas papan atas Indonesia, di dukung pemberitaan Majalah Aktuil, media Pop Musik terpopuler di eranya di negeri ini dan di segani.

Pada saat itu era repelita kesatu menuju awal Repelita II, di bawah pemerintahan Presiden RI ke-2, Soeharto, meski izin pertunjukan amat ketat, namun roda modernisasi seni pertunjukan, khususnya musik dan mode berkembang pesat, barangkali bisa dibilang pembawa modern Indonesia musik dan mode menuju kini.

Bandung kini dan dulu, sebenarnya tak jauh beda, masih banyak kesetiaan di sana, kompak dan bersatu, Kang Ridwan Kamil, masyarakat bandung dan seluruh pencintanya. Terus satukan salam kelingking. Kobarkan terus semangat juang Bandung lautan api, dulu pernah menjadi kekuatan kekompakan.

Musibah banjir besar Bandung (CNN Indonesia 24/10/2016) adalah pelajaran. Alam memang harus dipeluk dan dicintai, seleksi dengan kebijaksanaan di setiap inci perencanaan pengembangan Bandung kota kenangan, dengan nurani tetap kompak bening dan senantiasa saling memaafkan menjalin kebersamaan dan tak perlu saling menyalahkan.

Tumbuhkan pepohonan Flamboyan sebanyak wacana lahan hijau perkotaan, tanamkan melati tumbuh di taman-taman hati seperti syair-syair Abah Iwan Abdulrachman, susastra liris Bulan Merah dalam pelukan Melati dari Jaya Giri.. Salam Indonesia Unit. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER