Jakarta, CNN Indonesia -- Di mana biasa kau rebahkan kepalamu
Di pangkuanku kan?
Lalu kau menguarkan segala hal
Dari kegembiraan hingga kekesalanmu
Tentang hari itu dan hari berikutnya
Serupa tapi tak sama, lagi, segala hal itu
Mengusap jidatmu hal biasa
Ketika kau merajuk seperti itu
Selalu kemudian kau minta berlebih
Sedikit, sekejap saja katamu, selalu
Kenangan memang harus ada
Melekat pada siapapun, di manapun
Pahit. Getir dan manis, ramuan
Dari hakikat makna-makna
Tawamu cekikikan, kau bilang
Aku penyair salon kesiangan
Kau menyuapi aku dengan cintamu
Sedikit pedas atau asin manis
Kadang balado petai ikan teri, kadang
Sambal mangga dan ayam bakar
Alamak. Tak cukup waktu, rasanya
Mencicipi masakan sedapmu
Menghirup aroma kopi adonanmu
Udara segala nyata, ketika itu
Saat ruang berseri-seri berpeluk kisah
Perdebatan kurang garam, sedikit
Kau tetapkan. Ini cukup
Untuk kesehatanku, tak pernah
Sedikitpun, tentang sehatmu
Jika aku ingatkan, selalu saja
Senyum cantikmu, menjawab
Sekecup di keningku
Dalam keadaan itu
Kau tetap, bilang
Aku harus makan cukup
Sesuai takaran kesehatanku
Sepi semakin menjauh menuju entah
Para kandungku berrumah, dipilihannya
Suara riuh bermain, senantiasa, hadir dipersinggahan
Bersama kebahagiaan, mereka, berbagi di sini
Takbir tak pernah pergi, selalu bersama di keluarga ini.
(ded/ded)