Cerita Pendek: Arti Bahagia

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Minggu, 27 Nov 2016 07:10 WIB
Ujung lidah ombak yang memutih, hampir menyentuh pantai, kemudian hilang berganti dengan ombak yang di belakangnya. Seakan berkejaran tak kunjung selesai.
Foto: Pixabay/keulefm
Jakarta, CNN Indonesia -- "Kakaaaak... cepetan mandinya! Adiiik... ayo, lepasin hapenya, buruan siap, sudah ditunggu Ayah!"
Bunda selesai mengepak barang bawaan. Hari libur, hari yang ditunggu sejak kemarin. Liburan kali ini, menuju pantai. Minggu kemarin ke bukit. Sekarang saatnya ke pantai.

Ayah mempersiapkan kendaraan, berusaha membuat nyaman penumpangnya, apalagi kursi yang ada di sampingnya, adalah singgasana Bunda, orang yang dicintainya.

"Bun, sudah siap? Singgasananya sudah menunggu!"

"Bentar, yah. Tinggal nunggu Kakak lama banget turunnya. Mungkin sedang memakai bedak." Ayah terbahak mendengar kata Bunda. Kakak, gadis ABG, pantas saja lama jika berdandan. Sedangkan Adik, telah menunggu di mobil, di kursi belakang, seperti biasanya, tak lepas dari hape. Adik memang suka begitu, padahal Bunda sudah sering memarahi, jika adik terlalu lama berkutat dengan hape. Bisa merusak mata, kata Bunda.

Kakak keluar dengan t-shirt dan celana panjang. Rambut ekor kuda panjang sebahu. Ayah semakin tak bisa menahan tawanya.

"Ih, apa sih, ayah? Emang kakak kenapa? Cantik begitu anaknya, e, diketawain," Bunda menyenggol tangan Ayah, menyuruh Ayah berhenti tertawa.

"Iya, bun, siaaap...," Bukan apa-apa, Ayah hanya heran, Kakak dandan lama, tapi ujungnya juga tetap ekor kuda. Tapi memang Ayah mengajarkan kepada anaknya, supaya tidak usah neko-neko atau sederhana saja jika berdandan.

Akhirnya, saatnya berangkat, hingga sampailah mereka mendekati area pantai. Deburan ombak yang berlomba menuju garis pantai, seakan membuat penasaran. Ujung lidah ombak yang memutih, hampir menyentuh pantai, kemudian hilang berganti dengan ombak yang di belakangnya. Seakan berkejaran tak kunjung selesai.

Bunda melihat wajah ketiga orang yang baru bersenang hati. Ketiganya adalah orang yang ia cintai. Ayah, adalah seorang yang bisa merebut hatinya saat ia masih gadis. Entah kenapa, dahulu, ia bisa jatuh hati padanya. Dan terbukti, Ayah mampu membahagiakannya. Sedang anak-anaknya, memberi kesempatan, menjadi orang bermakna dan nyaris sempurna, sebagai ibu. Heem.. aku, wanita paling berbahagia di dunia, batinnya.

Ayah memandang ketiga orang yang dikasihinya. Betapa ia mencintai ketiganya. Bunda yang baik hati, meski terkadang suka ngambek, kesal karena Kakak dan Adik ribut melulu. Meski jika sedang baik, mereka kompak. Hem, Ayah memandang Bunda adalah wanita yang tangguh dan sayang ada semua penghuni rumah, termasuk si meong. Hahaha, Ayah tertawa dalam hati.

"Ayaaah... aduh, ngelamun, ya? Harusnya jalan belok kiri! Yah, gimana dong?"

"Tenang, Bun. Selalu ada jalan lain, percaya sama Ayah." Memang untuk menuju pantai harus jalan kaki lumayan jauh beberapa ratus meter dari tempat parkir kendaraan. Jalur yang di tanami hutan bakau, berupa jalan setapak dari tanah.

Dan benar saja, Ayah menemukan jalan lain. Bahkan lebih indah dari jalur yang biasa.

"Tuh, kan benar kata Ayah."

"Iya deh, Ayah memang top!"

Sedang Kakak dan Adik bersikap tenang saja. Bagaimana tak tenang, jika ada ayah dan bunda?

Debur pantai semakin banyak dan keras suaranya. Rupanya ombak semakin pasang.

"Auuuw..." seru Bunda. Air laut terkena wajah Bunda. Ayah, Kakak dan Adik tertawa riang, berhasil membuat kaget Bunda. Mereka usil, dan hasilnya adalah Bunda membalasnya. Ramai suara, mereka semua basah kuyup. Untung Bunda sudah mempersiapkan baju ganti.

Sore semakin menjelang, saatnya pulang. Cerita hari ini, sungguh membuat mereka lebih nyaman dan bahagia.

Mereka berencana untuk ke gunung untuk liburan mendatang.

~ selesai~ (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER