The Passion of the Christ, Epik Memukau Sejarah

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Minggu, 11 Des 2016 08:39 WIB
Tekun dalam iman pelajaran, teguh dengan rasa syukur dalam doa, mengejar cita-citamu sebagai tanda cinta kasihmu kepada Bunda dan Ayah.
Ilustrasi (Foto: REUTERS/Darrin Zammit Lupi)
Jakarta, CNN Indonesia -- Cinta dalam kasih sayang tak bisa dilihat dengan kira-kira oleh perasaan sepihak, oleh dugaan-dugaan. Melihat cinta senantiasa seharusnya secermat melihat nurani diri, melebihi terang apapun, jangan melihat cinta di dalam abstraksi ekspresionisme, tak akan tampak apapun sebab amat temaram. Melihat cinta kasih sayang dalam temaram seperti main kelereng dalam gelap.

Ada sebuah kisah di film drama epik, The Passion of the Christ, sutradara Mel Gibson, skenario Mel Gibson dan Benedict Fitzgerald dan Jim Caviezel, berperan sebagai Yesus. Mengisahkan kekuatan iman Yesus, menghadapi deraan, siksaan, kesengsaraan seperti tampaknya di film itu.

Dalam ruh di badan Yesus, sesungguhnya kekuatan iman atas kehendak kewajiban menjalankan tugasnya sebagai Rasul Tuhan, membuat Yesus murni memasuki ruang ikhlas membuatnya kuat, kisah itu dibuat sesuai dengan Injil Matius, Markus, Lukas dan Yohanes.

Ada scenery pengadeganan luar biasa sebagai kisah iman universal, ketika pengadilan Yesus di muka publik, bermakna bagi iman kemanusiaan yang lalu, kini dan masa datang. Ketika Pontius Pilatus, wakil penguasa imperium di negeri itu, meski Pilatus telah menyatakan kepada publik pada masa itu bahwa dia tidak menemukan satu kesalahan apapun pada diri Yesus.

Namun, adalah satu kebiasaan bagi wali negeri untuk membebaskan satu orang hukuman pada hari raya atas kehendak orang banyak. Maka para imam pada masa itu mendesak Pilatus bersama orang banyak agar membebaskan Barabas ketimbang Yesus.

Pontius Pilatus pun yang sejatinya tak menemukan satu kesalahan pun pada Yesus akhirnya tunduk pada desakan publik untuk membebaskan Barabas dan menyalibkan Yesus. Simbolisme pengadeganan itu amat menyentuh rasa kemanusiaan universal.

Sejak pernyataan perasaan Yesus kepada Tuhan di Taman Getsemani, bahwa siap atau tidak siap sebagai Rasul Tuhan, wajib siap menghadapi apapun, meskipun harus berhadapan dengan imperium kekuasaan sekalipun.

Yesus, menghadapi kekuasaan imperium hanya dengan satu ikatan iman keyakinanNya, siap menghadapi kekuatan kekuasaan itu. Yesus, tidak pernah mempersalahkan apapun atau siapapun. Sebab tugas “Kerasulan” baginya, kewajiban pasti, keyakinan imanNya, tak bisa ditawar, ditukar atau dibeli dengan apapun.

Adik dan Kakak, ulasan pendek tentang film The Passion of the Christ ini, hanya sebuah gambaran sederhana. Tekun dalam iman pelajaran, teguh dengan rasa syukur dalam doa, mengejar cita-citamu sebagai tanda cinta kasihmu kepada Bunda dan Ayah. Salam cinta kasih dalam damai bagi Indonesia Unit. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER