Kisah Ayu Berjuang Setelah Terinfeksi HIV

Fitri Chaeroni | CNN Indonesia
Senin, 12 Des 2016 08:40 WIB
Terkena HIV bersamaan dengan suami, bagaimana cara Ayu Oktarini menghadapi?
Foto: CNN Indonesia/Fitri Chaeroni
Jakarta, CNN Indonesia -- Penyakit HIV/AIDS bisa menimpa siapa saja kalau tak hati-hati. Tapi kalau sudah terjadi, apakah harus menyesali diri lalu tenggelam di dalamnya? Jangan ya. 

Belajar yuk dari kisah Ayu Oktarini. Perempuan kelahiran 13 Oktober 1986 ini positif mengidap HIV alias Human Immunideficiency Virus. Tak hanya dia, suaminya pun terkena bersamaan pada 2009 itu.

Reaksi berbagai orang yang mengetahui hal itu tentu pastilah kaget dan tak menduga. Untung Ayu memiliki keluarga yang berpikiran terbuka dan tak menjauhi dia dan suaminya.

“Kedua orangtua saya tidak lari tunggang langgang meninggalkan saya, tidak mendiskriminasikan saya. Mereka malah fight habis-habisan untuk saya,” ungkap Ayu.

Butuh waktu satu tahun sampai akhirnya Ayu menerima dan ikhlas, bahwa kini di dalam tubuhnya terdapat penyakit berbahaya.

“Orang senormal dan sekuat Superman pun akan sedih, akan bingung dan enggak tahu mau ngapain. Mungkin besok saya yang akan jatuh sakit dan meninggal. Itu ada fase itu. Saya butuh satu tahun untuk penerimaan diri. Untuk meyadari inilah kehidupan baru yang harus saya jalani,” Ayu berkisah pada CNN Student beberapa waktu lalu.

Motivasinya untuk kembali bangkit tak lain adalah keluarganya, dan juga anaknya yang masih balita. Perjuangan keras keluarga dalam membantunya, dan melihat masa depan anaknya, membuat Ayu tak mau lama-lama ber-drama.

“Kalau mereka sudah berjuang begitu kerasnya tapi sayanya malah hancur dan terpuruk terus buat apa usaha yang mereka lakukan, gitu,” katanya.

Meskipun begitu, tetap ada saja pandangan negatif dan perlakuan kurang menyenangkan, baik keluarga besar maupun teman. Ayu berkisah, saat pertemuan keluarga besar, terjadi seperti ‘jaga jarak’ dari para anggota keluarga. tidak banyak yang mengajaknya ngobrol atau berbicara.

“Mungkin mereka bingung mereka musti apa. Tapi kemudian perlahan-lahan mulai berubah,” ungkapnya.

Di kalangan teman juga. Ada beberapa teman yang terlihat bingung dan tak tahu harus bersikap seperti apa kepada dirinya.

Ayu mengaku, ia tipe orang yang santai, dan tidak terlalu memikirkan bagaimana orang lain menganggap dirinya seperti apa. Dan beruntung pula, ia masih punya sahabat yang selalu ada di sekelilingnya.

“Saya punya sahabat-sahabat yang tetep enggak pergi, enggak menjauh, jijik, biasa aja. Malah makin jadi baik. Tapi ada juga beberapa temen yang mungkin butuh waktu, butuh jeda, untuk berpikir mereka harus bersikap seperti apa. Atau mereka harus bagaimana ke saya,” katanya.

Statusnya sebagai Orang Dengan HIV AIDS atau ODHA juga membuatnya harus meninggalkan pekerjaannya. Pada 2009, setelah meninggalnya sang suami, Ayu bekerja di sebuah sekolah musik sebagai officer.

Sembilan bulan setelah bekerja, manajemen sekolah mengetahui statusnya sebagai ODHA. “Mereka klarifikasi apa itu benar. Lalu buat apa saya berbohong? Saya pikir tidak ada bahaya, tidak kemudian memberikan dampak langsung kepada orang lain, karena HIV tidak menular melalui kontak sosial. Tapi, mungkin pandangan itu tidak sama. Akhirnya manajemen meminta saya untuk mengundurkan diri,” ungkapnya.

Kondisi medis yang ia alami ini memaksanya harus mengikuti serangkaian proses pemulihan kesehatan dan mengikuti terapi ARV (Antiretroviral). ARV adalah obat yang dikonsumsi oleh seluruh pengidap HIV di seluruh dunia dan ia harus mengkonsumsi obat-obatan itu seumur hidupnya.

ARV ini bukan untuk menghilangkan HIV, tapi mencegah pertumbuhan virus agar tidak menyerang kekebalan tubuh. Pola konsumsi obat harus teratur dan tidak boleh terlewat. Ayu merasakan perbedaan kondisi tubuhnya sebelum dan sesudah positif HIV.

“Saya dulu anak yang aktif dan enggak bisa diem, banyak kegiatan. Saya bisa multitasking ngerjain segala sesuatu dalam satu waktu tanpa perlu merasa kelelahan. Tapi kalau sekarang tentunya dengan kekebalan tubuh yang lebih lemah dari orang lain jadi lebih mudah cape, kemudian gampang sakit,” ungkapnya.

Untuk mengatasi itu, ia harus pandai mengontrol diri. Jika merasa sudah lelah maka harus beistirahat, makan teratur, minum obat teratur, tidak stres berlama-lama.

“Urusan HIV bukan hanya urusan kesehatan semata. Semua unsur kehidupan juga harus seimbang agar pemulihannya total,” katanya.

Kondisi tubuh dengan HIV tak membuatnya berhenti untuk menjalani hari. Ayu berdiri dan berperan sebagai pendamping bagi orang lain yang juga terinfeksi. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER