Cerita Pendek: Rahasia Satria

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Rabu, 28 Des 2016 11:06 WIB
Emilia sahabatnya, sangat tahu bahwa ia penggemar Delon, penyanyi dan artis sinetron yang lagi booming. Sehingga siapapun yang mirip Delon, akan dibilang Delon.
Foto: connie58/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- Hari Senin, waktunya upacara. Jarum jam menunjukkan waktu sepuluh menit sebelum pukul tujuh. Anak-anak SMA Kartika telah bersiap di lapangan untuk upacara. Riena dan Emilia, dua gadis yang bersahabat sejak TK, berbaris paling depan, barisan kelas XI IPA 4. Entah mengapa, bisa dibilang kebetulan, mereka selalu satu kelas dari TK, SD, SMP hingga SMA. Hanya ketika kelas X mereka beda kelas, kemudian saat kelas XI satu kelas lagi.

"Pssst.. Mil, itu Delon kan?"

"Mana?"

"Itu yang barusan masuk barisan belakang. Kayaknya murid baru deh." Riena menengok barisan belakang, diikuti Emilia.

"Bukan lah Rie, Delon kok nggak keren! Rambut dipakai minyak, belah dua. Kacamata tebal. Ya, ya, agak mirip sih, tapi Delon nggak begitu. Lagian di sini, mana ada Delon. Delon tuh di sana, jauuuh...." sahut Emilia. Riena manggut-manggut. Emilia sahabatnya, sangat tahu bahwa ia penggemar Delon, penyanyi dan artis sinetron yang lagi booming. Sehingga siapapun yang mirip Delon, akan dibilang Delon.

"Rie, Delon itu tinggal di Jakarta, bukan di Semarang." sambung Emilia. Tapi Riena mengira, barangkali Delon sedang menyamar.

***

"Hai, boleh duduk di sini? Kosong, kan?" Ternyata murid baru tadi menghampiri Riena, karena kebetulan bangku di sebelahnya kosong. Sebenarnya kursi itu milik Mega si super cerewet. Tapi Mega sedang tidak masuk sekolah karena sakit. Riena tersentak kaget.

"Oh, boleh, silahkan. Kosong kok." sahut Riena. Padahal ia tahu, Mega pasti marah jika bangkunya di pakai orang lain. "Bodo amat, ah," batin Riena.
"Hem, andaikan dia Delon, betapa senangnya hatiku, bisa ngobrol, terus, siapa tahu ia naksir padaku. Lalu ia menembakku. Hihi..mati dong, tapi aku sangat suka pada Delon. Ibarat kata, hatiku berhenti di dia, buat Delon seorang." masih batin Riena.

Bruuuk...!

"Aduh!" jerit Riena sambil memegangi jidatnya. Ia terantuk bangku.

"Kamu kenapa sih? Ngelamun ya?" Murid baru itu tersenyum simpul, melihat Riena terantuk bangku. Riena tersipu malu, hingga memerah pipinya.

"Kenalkan, namaku Satria."

"Oya, aku Riena." Tuh kan dia bukan Delon, dia Satria, lanjut Riena dalam hati. Sebenarnya ia kecewa dan berharap bahwa Satria adalah Delon yang sedang menyamar. Lalu ia menengok identitas nama yang ada di dada Satria. Tertera nama: Satria HKN. Panjang sekali namanya, hingga harus memakai nama singkatan.

"Hei, kamu memang hobi melamun atau sedang semedi? Dari tadi aku lihat kamu melamun terus hingga terantuk bangku."

"Eh, enggak kok,"sahut Riena cepat sambil mengibaskan kedua tangannya ke kanan dan ke kiri. Suara cempreng kecil melengking, membuat teman lainnya menengok ke arah mereka. Baik Satria maupun Riena tersipu malu.

**

Suasana sekolah telah sepi. Hari ini Riena pulang sendiri. Biasanya pulang bersama Emilia, tetapi Emilia bilang ada kepentingan mendesak, karena disuruh mamanya untuk mampir ke rumah tante Dayu adik mama Emilia. Mengantar sesuatu. Baik, ia tak memiliki teman untuk pulang bareng.

Padahal hari ini ia tidak bawa motor, karena harus servis rutin.

"Butuh tumpangan?" tiba-tiba Satria berada tepat di belakangnya. Tentu saja Riena kaget bukan kepalang.

"Enggak, aku bisa naik angkot."

"Sudah, naik saja, kelamaan nunggu angkot. Rumahmu mana?"

"Jalan Wisma,"

"Oh, kebetulan nih, itu satu jurusan sama aku. Ayo!" Terpaksa Riena naik dan membonceng motor Satria. Tidak ada sepatah katapun yang keluar saat mereka pulang bareng. Baik Riena maupun Satria.

**

Sejak kejadian Riena dibonceng Satria dua hari lalu, ia tidak masuk sekolah. Riena penasaran mengapa Satria tidak masuk sekolah. Memang sekarang tak lagi satu bangku dengan Satria, karena Mega marah waktu tahu bangkunya dipakai Satria. Akhirnya ia pindah bangku belakang dekat jendela sebelah kiri, duduk bareng Mirza.

"Mir, kamu tahu nggak rumah Satria?" Seperti biasa, Mirza selalu menggelengkan kepala saat ditanya sesuatu. Riena menjadi gemas.

"Ayolah Mirza, pasti kamu tahu," rajuk Riena. Ia hafal perilaku Mirza yang suka membuat orang lain penasaran. Akhirnya rayuan Riena berhasil. Mirza memberi alamat kepada Riena.

"Tapi kamu jangan bilang siapapun ya, Satria pesan padaku untuk tidak memberitahukannya."

"Iya deh, siap, thanks ya."

**

Kalau boleh jujur, sejak berteman dengan Satria, Riena selalu memikirkan dirinya. Ia penasaran, mengapa Satria sering ijin tak masuk sekolah. Telah lima kali bila dihitung. Pasti ada sesuatu. Ia berencana, nanti sore berkunjung ke rumahnya, bersama Emilia. Bukan apa-apa, ia care, barangkali Satria memiliki masalah yang butuh penyelesaian. Siapa tahu Riena bisa membantu, ya kan?

Mereka berhenti di sebuah rumah yang bergaya arsitektur tempo dulu. Rumah kokoh dengan bebatuan yang menempel di sebagian dinding sebelah bawah. Bagus sekali. Rumah klasik.

"Permisi, Satrianya ada tante?" Riena menyapa seorang ibu yang sedang menyiram tanaman di halaman depan.

"Oh, ada, teman Satria ya, ayo masuk. Namanya siapa nih?"

"Saya Riena tante, teman saya ini Emilia."

"Barusan Satria pulang satu jam yang lalu. Ia dari Jakarta. Biasa lah, banyak acara. Di Jakarta, ada rumah keluarga. Sekalian ia mengurus keperluan lain, mengurus apa gitu tante lupa. Ayah Satria kan bekerja di Jakarta, sedangkan tante pindah ke Semarang, karena pekerjaan tante sekarang di sini. Terpaksa beda-beda tempat untuk sementara. Satria di sini menemani tante. Ayo, duduk dulu ya, tante panggilkan."

Duh, mamanya ramah sekali. Riena memandang sekeliling. Ada foto Satria sewaktu kecil dan dua adiknya. Imut sekali. Beda dengan Satria sekarang, terlihat aneh dan culun.

"Hai Riena, hai Emilia, ada apa nih?"

"Duh, kenapa menyapa seperti itu sih? Nggak sopan banget, padahal jauh-jauh datang ke rumahnya hanya ingin mengetahui keadaanmu." Runtuk Riena. Ia cemberut. Emilia tertawa. Emilia tahu, Riena kesal pada Satria. Tapi itu hanya sejenak, saat Riena tahu, Satria berpenampilan beda dari biasanya.

"Hei, apakah aku sedang bermimpi?" Riena mengedipkan mata berulang-ulang sambil dikucek berkali-kali. Ia kaget, demi melihat Satria!

"Jadi kamu....?" masih saja Riena tak percaya apa yang barusan dilihatnya. Ya, hari ini terungkap rahasia Satria saat Riena dan Emilia berkunjung ke rumahnya.

"Pantas saja kamu sering tidak masuk sekolah. Nampaknya ini yang menjadi alasannya? Mengapa tidak bilang dari dulu sih?" teriaknya. Riena histeris. Emilia berusaha meredam histeria Riena.

"Biasa aja kali Rie, kamu lebay! Malu tahu,"

"Oh, kamu.. apa kepanjangan namamu?" Masih saja Riena histeris. Satria bilang bahwa kepanjangan namanya adalah Satria Hardelon Kusuma Negara.

"Ooo..." Riena terbengong.

"Hei Rie, hati-hati tuh, mulutnya nanti kemasukan nyamuk loh. Emang mau minta tanda tangan ya? Mana bukumu. Tapi kuharap kalian bisa jaga rahasia ya, please," kata Satria memohon.

Riena masih histeris dan terbengong. Satria tertawa lebar. Sedang Emilia berusaha meredam histeris Riena. "Huh, dasar pengagum mania, baru bertemu idolanya saja sudah histeris," runtuk Emilia.

Baik, ketika Riena agak mereda histerisnya, kemudian ia berkata,"Jadi kamu Delon? Delon beneran? Delon idolaku itu?" Sementara itu Satria alias Delon hanya mengangguk sambil tertawa lebar.

"Awas ya, rahasia." kata Delon.

"Deloooon.....kamu curang!"

Tapi tetap saja Riena adalah Riena, minta foto bareng dan minta tanda tangan Delon sang idolanya. Padahal besok pagi juga masih bisa bertemu Delon di sekolah. Pikir Riena, saat di sekolah, ia hanya bertemu Satria yang aneh dan culun, bukan Delon sang idola. Emilia hanya bisa tertawa melihat sahabatnya.

~selesai~ (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER