Jakarta, CNN Indonesia -- Apa ada jalan tengah? Bisa ada dan bisa tidak. Jika seorang hakim tak memberi keputusan pada terdakwa, bersalah atau tidak bersalah, maka tak ada keadilan hukum. Keadilan hukum bertemunya putusan bersalah dan tidak bersalah, setelah merujuk pada pasal-pasal pembuktian dan fakta-fakta.
Baiklah, semisal jalan tengah bukan sebagai putusan hakim di pengadilan, sebut saja jalan musyawarah. Nah jika tidak ketemu kata mufakat maka tak ada musyawarah. Demikian juga sebaliknya. Ada keputusan di musyawarah, hasil mufakat. Semisal pada keputusan sebuah parlemen.
Demikian juga opsi dalam satu permusyawaratan tetap dibutuhkan mufakat dari pilihan, setelah sekian opsi sebagai sarana komunikasi terbaik untuk mufakat.
Hidup cuma ada dua, ke kiri atau kanan. Hitam atau putih. Dua hal telah dikenal secara umum sebagai sarana pilihan setelah pemikiran, menimbang untuk memutuskan. Apakah akan beli sepatu label Z atau label K. Akhir pilihan tetap pada satu keputusan pilihan tepat.
Begitu pula semisal seorang pendekar sakti dari negeri atas angin. Ahli memainkan pedang. Hanya ada dua pilihan. Mengabdi untuk kebaikan ataukah pendekar itu memilih keputusannya kembali kepada fitrah Ilahi, yaitu meditasi, tafakur, mengoreksi diri. Bertanyalah pendekar itu kepada keyakinanNya.
Jadi, jalan tengah itu apa sih? Kembali kepada hikmah kebijaksanaan fitrah Ilahi pemberi hidup untuk kehidupan, menuju kebudayaan antar sesama. Ketika harus mengambil keputusan rentang waktu hidup ke tujuan terbaik.
Tak ada pelajaran keilmuan, maka tak ada teknologi, tidak ada geologi, tak ada ilmu-ilmu sosial dan seterusnya. Tak ada dirimu Kakak dan Adik, jika tak ada Ayah dan Bunda, dan seterusnya.
Jadi ketika dikau ragu-ragu memutuskan sebuah pilihan terbaikmu. Berdoa dalam khusyuk ke pada Sang Pencipta alam raya dan segala isinya dan minta nasihat kepada Ayah dan Bunda, itu sumber segala mata air kehidupan di tradisi-tradisi negeri ini. Salam Indonesia Unit.