Dik Doank: Seni adalah Jalan Keagamaan

CNN Indonesia
Rabu, 07 Jun 2017 12:14 WIB
Di atas lahan seluas dua hektar, Dik Doank membangun sebuah area yang dinamakan Kandank Jurank Doank. Ada apa di sana?
Pertunjukan wayang Pak Toyo dan pentas musik dari Kandank Jurank Doank bersama Dik Doank di IFI Jakarta (CNN Indonesia/Agniya Khoiri)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kedatangan saya disambut dengan lantunan nyanyian dari salah satu kelompok ibu pengajian. Mereka berbaris di depan kumpulan pengungjung dan membawakan beberapa lagu serta diiringi oleh alat musik yang dimainkan anak-anak muda.

Setidaknya seratus orang berkumpul di halaman yang luas terbentang di sebuah area bernama Kandank Jurank Doank. Terletak di Komplek Alvita Blok Q No 14, Kecamatan Ciputat, Tangerang Selatan. Kawasan ini hanya berjarak sekitar 1 kilometer dari Stasiun Jurangmangu.

Pagi itu ternyata kedatangan saya bertepatan dengan peringatan Isra Mi’raj 2017. Area Kandank Jurank Doang dipadati dengan rombongan ibu-ibu pengajian.

Setidaknya ada seratus orang berkumpul untuk mendengarkan ceramah serta melakukan pengajian bersama. Antusiasme para pengunjung terlihat dari beragamnya kendaraan yang digunakan. Mulai dari mobil pribadi, sepeda motor, angkot, hingga kendaraan jenis odong-odong pun terparkir rapi di halaman.

Kemudian di antara ibu-ibu yang telah selesai bernyanyi, muncullah sosok pendiri Kandank Jurank Doank yakni Dik Doank atau yang lebih akrab lagi disebut Om Ganteng. Dik Doank pagi itu berbalut pakaian serba putih, dia hadir dan menghibur orang-orang yang sudah duduk di area halaman. Ia bersenda gurau dengan pengunjung sambil membawakan beberapa buah lagu.

Pria yang bernama asli Raden Rizki Mulyawan Kertanegara Hayang Denada Kusuma ini mengawali kariernya sebagai seorang desainer grafis. Ia berhasil bekerja sama dengan penyanyi sekelas Chrisye, Nike Ardilla, serta Koes Plus untuk urusan sampul album. Ia juga berhasil menciptakan sederet lagu serta meluncurkan album. Tak berhenti sampai itu, Dik Doank juga berhasil mulai membuat namanya terkenal sebagai seorang pembawa acara.
 
Tempat bermain
Di atas lahan seluas dua hektar, Dik Doank membangun sebuah area yang dinamakan Kandank Jurank Doank. Area ini merupakan wadah untuk komunitas kreatif anak. Kandank Jurank Doank dirikannya sejak tahun 1993.

Berbekal rasa prihatinnya kepada anak-anak terkait pendidikan, Dik Doank berusaha membuat keseimbangan antara bermain dan belajar. “Kandank Jurank Doank adalah tempat bermain. Bermain juga adalah belajar. Untuk itu saya sering mengundang orang-orang yang berilmu untuk hadir ke sini agar anak-anak yang bermain itu dapat mengambil hikmah dari apa yang dia pelajari,” katanya.

Area Kandank Jurank Doank ini menyuguhi mata saya dengan berbagai hasil karya anak-anak. Semuanya menawarkan pemandangan penuh warna. Mulai dari lukisan, poster, sampai kertas-kertas hasil dari seni melipat dipajang dengan rapi di dinding-dinding bangunan. Karya-karya hasil keringat dan tangan Dik Doank juga turut menghiasi area ini. Berbagai barang hasil daur ulang pun dipajang di beberapa ruangan.

Selama acara peringatan Isra Mi’raj berlangsung, para orang tua melepaskan anak-anaknya untuk bermain. Anak-anak itu berlarian kesana-kemari. Ada yang memanjat rumah pohon, bermain di sekitar kolam ikan, atau berseluncur di taman bermain. Raut wajah ceria anak-anak yang bermain pagi itu turut memberikan warna tambahan di Kandank Jurank Doank

Di Kandank Jurank Doank, berbagai kelas seperti tari tradisional, teater, vokal, perkusi, dan seni kriya hadir untuk mewadahi kreativitas anak-anak. Anak-anak dari berbagai kalangan boleh berkunjung serta mengikuti kelas yang ada. Tak jarang masyarakat memaknai tempat ini sebagai “sekolah alam”.

Padahal untuk mengikuti kelas di Kandank Jurank Doank, tidak perlu mendaftar seperti yang biasa dilakukan di sekolah-sekolah. Tak perlu juga seperser biaya keluar dari kantong. Semuanya gratis. Tak terkecuali. “Mereka bebas memilih kok. Anak-anak di sini juga bebas datang dan pergi untuk mengikuti kegiatan”, ujar Dik Doank yang berbagi cerita setelah peringatan Isra Mi’raj di Kandank Jurank Doank selesai diselenggarakan.

Setelah lebih dari 20 tahun berdiri, Kandank Jurank Doank terus bertahan. Dik Doank bercerita bahwa semua itu juga tak lepas dari bantuan rekan-rekannya yang menjadi relawan untuk mengajar. Rekan-rekan dari kalangan artis juga turut memberikan bekal seni yang mereka miliki pada anak-anak di sana. “Aku undang teman-teman dan mereka mau berbagi," ungkapnya.

Dik Doank memiliki prinsip untuk selalu memperkenalkan anak dengan seni. Menurutnya setiap orang perlu mengenal seni dan keindahan. “Kalau sudah paham akan seni, kita sebagai manusia tidak akan melakukan sesuatu yang tidak indah. Manusia juga akan lebih cepat dekat dengan yang Maha Indah jika mengenal seni. Ini adalah cara kita mengenal Allah dengan cara yang lain. Seni adalah jalan keagamaan saya” ujarnya.

Sejak kecil, darah seni yang mengalir dalam jiwa Dik Doank sudah mengalir. Ia juga berhasil melanjutkan pendidikannya di Istitut Kesenian Jakarta (IKJ). “Saya hidup dari SD sudah di Taman Ismail Marzuki, kursus gambar di situ. Kuliah juga di situ, jadi kental dengan darah seni”, ungkapnya. Meski begitu, ia mengaku bahwa hal tersebut bukanlah warisan dari kedua orangtuanya. “Orang tua saya sih biasa-biasa saja terhadap seni, mereka hanya karyawan," ujarnya.

Menarik diri
Kini wajahnya tak lagi menghiasi layar kaca. Dik Doank mengaku sudah menarik diri dari dunia hiburan. “Dik Doank juga tak ingin kembali ke dunia yang sudah membesarkan namanya itu. “Saya sudah tidak memiliki keinginan lagi,” tegasnya saat saya singgung mengenai kariernya di dunia hiburan.

Ia juga menegaskan bahwa ia berhenti dari dunia hiburan salah satunya karena Kandank Jurank Doank. “Aku berhenti untuk semua ini," ujarnya sambil tersenyum. Niatnya dalam memperjuangkan apa yang telah ia dirikan begitu jelas tergambar dalam senyumannya tadi.

Di usianya yang ke-48, ia melihat dirinya sudah tak lagi muda. Dik Doank juga tak ingin lagi dikenal sebagai seorang artis. Menurutnya ada hal-hal lain yang harus diurusi ketimbang menjadi seorang yang populer. “Justru saya ngga ingin terkenal. Tidak ingin dikenal sebagai siapa pun,” ujar Dik Doank. Ia juga menemukan lebih banyak ketenangan dengan kehidupannya yang sekarang.

Pandangannya kini terhadap panggung dunia hiburan sudah berubah. Menurutnya dunia hiburan bagaikan aquarium, yakni sebuah tempat yang diatur sedemikian rupa sehingga terlihat indah dari luar. Sehingga keputusannya untuk meninggalkan dunia hiburan adalah untuk bebas dari aquarium tersebut dan menemukan ketenangan.

“Enggak banyak orang yang menyadari ada kesunyian dan ketenangan di balik kehidupan ini. Di situlah aku mengenal kesejatian hidup,” ujarnya. Dik Doank yang dulu dengan Dik Doank yang ada sekarang menurutnya adalah sebuah proses perjalanan hidup. “Proses penemuan jati diri adalah hal yang penting agar seseorang bisa berubah ke arah yang lebih baik,” ujar Dik Doank.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER