Bandung, CNN Indonesia -- Malam itu, hari ke enam di bulan April 2017 di Bale Pabukon, seberang gerbang lama Unpad, Jatinangor, Sumedang. Tanah belum kembali kering setelah diguyur hujan. Ratusan buku yang dipajang dalam etalase seakan menyambut para pendatang. Ternyata terdapat kehidupan di dalamnya.
Salah seorang pria berbaju ungu tengah konsen mengotak-atik laptop yang dipangkunya. Ia merupakan salah satu pencetus Gerakan 1000 Sepatu untuk anak yatim dan dhuafa.
Gerakan 1000 Sepatu awalnya merupakan penjamin Taofik Rifai untuk melanjutkan pendidikan magister melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Saat itu, Taofik ingin melanjutkan studinya ke Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan planologi.
Beasiswa LPDP memiliki visi menjadi lembaga pengelola dana terbaik di tingkat regional yang menyiapkan pemimpin masa depan. Oleh karena itu, pria lulusan Unpad tahun 2012 ini menyodorkan gerakan tersebut sebagai penjamin ia lolos beasiswa LPDP.
“Kan kalau keterima beasiswa, setelah lulus harus mengabdi. Dulu juga awalannya ada gerakan ini diskusi sama temen-temen,” ujar Taofik.
Berawal dari memiliki niatan untuk berbagi pada bulan Ramadan, gerakan ini hingga kini telah memberikan kurang lebih 7.000 sepatu pada anak yatim dan kaum dhuafa di wilayah seluruh Jawa Barat, NTT, NTB, Maluku, dan Papua. “Dulu kami mikir kalau ngasih makanan itu efeknya enggak panjang, habisnya cepat. Maka dari itu, kami pilih sepatu,” ujarnya.
Gerakan 1000 Sepatu kini di bawah naungan komunitas Sahabat Cita. Sepatu yang dibagikan berasal dari pengrajin lokal yaitu pengrajin sepatu di kawasan Cibaduyut, Bandung, Jawa Barat. Dilansir dari laman Facebook program 1000 Sepatu, dipilihnya sepatu produk lokal karena membangun kecintaan terhadap produk dalam negeri sekaligus membantu jalannya pengembangan UKM sepatu Cibaduyut.
“Filosofi lain kenapa dipilihnya sepatu, coba dulu ketika kita pakai sepatu baru ke sekolah pasti bawaannya seneng, nah pesan itu yang ingin kami beri kepada mereka (anak yatim dan dhuafa),” ujar Taofik.
Lebih jauh lagi mengapa dipilih sepatu karena sepatu memiliki kelebihan lebih mahal, lebih pas, lebih jauh, dan lebih aman, seperti dilansir dari laman Facebook program 1000 Sepatu. Lebih mahal karena tak semua orang bisa memilikinya, lebih pas karena setiap anak memiliki keunikan masing-masing jadi ukurannya pun harus sesuai, lebih jauh karena diharapkan sepatu ini dapat membuat sang anak melangkah lebih jauh, dan lebih aman karena sepatu melindungi kaki kita.
Taofik Rifai merupakan salah satu pembicara dari tiga pembicara dalam acara Kamis Sharing featuring Start Up Week yang diadakan Forum Kreatif Jatinangor berkolaborasi dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) divisi kewirausahaan. Diskusi yang berlangsung dari pukul 20.30 sampai 22.30 WIB dihadiri mahasiswa dari berbagai fakultas di Unpad hingga kampus tetangga.
Gerakan 1000 Sepatu berharap dengan gerakan ini dapat membangun kepedulian dan menyebarkan semangat belajar anak yatim dan kaum dhuafa. Gerakan yang memiliki tagline “Satu Langkah Semangat Cinta Menuju Cita” kini dikelola oleh delapan orang yang terbentuk melalui pertemanan.
“Karena awalnya memang kita temenan dan pas bulan puasa memiliki niatan ingin berbagi sesuatu yang berefek panjang. Dulu pada 2011 cuma bulan Ramadan saja. Tapi setelah 2012 jadi sepanjang tahun. Takjubnya dulu pas 2012 kami bisa mengumpulkan uang Rp100 juta dalam waktu 3 minggu,” ujar Taofik.
Alur sebuah sepatu bisa sampai ke anak-anak yang beruntung diawali dengan seseorang yang meminta suatu daerah atau anak tersebut untuk diberikan sepatu. Lalu anak-anak tersebut didata ukuran sepatu dan sepatu baru pun akan dikirim kepada mereka. Bila sepatu yang telah diberikan pada anak yatim dan kaum dhuafa sudah buruk kondisinya, maka sepatu tersebut akan diganti menjadi baru kembali. “Kami bilang sama mereka kalau udah rusak, pasti kami ganti sepatunya. Tinggal bilang aja,” ujar Taofik.
Angka 1000 dipilih bukan tanpa alasan. Angka tersebut memiliki filosofi di dalamnya yang berarti rantai manfaat. “Filosofi dari angka 1000 berarti rantai manfaat. Di mana kita ingin membuat suatu gerakan yang mengajak berbagai pihak untuk terlibat,” ujar Taofik.