Jakarta, CNN Indonesia -- Mempunyai akun media sosial sudah menjadi hal ‘wajib’ bagi setiap orang, terlebih bagi para generasi milenial atau generasi yang selalu berkaitan dengan teknologi. Di dalam media sosial itu sendiri kita semua pasti familiar dengan beberapa ‘tokoh’ media sosial atau biasa kita sebut dengan influencer.
Influencer adalah orang-orang yang punya followers atau audience yang cukup banyak di social media dan mereka punya pengaruh yang kuat terhadap followers mereka, seperti artis, selebgram, blogger, youtuber, dan lain sebagainya.
Social Media Influencer yang tersebar saat ini di setiap platform media sosial bahkan sudah tidak terhitung. Bahkan kebanyakan dari mereka bukan berasal dari kalangan artis senior di televisi, melainkan orang-orang biasa yang hanya mengunggah kegiatan sehari-hari mereka melalui video atau foto yang dapat menarik perhatian warganet.
Para influencer-influencer ini pun mempunyai beragam cara untuk menaikan eksistensi mereka sehingga dapat dikenal dan mempengaruhi berbagai lapisan masyarakat bahkan menjadi sumber penghasilan mereka.
Dilansir dari Detik.com, Tetra Pak Index mengatakan bahwa Super Leader atau influencer berpengaruh secara global, 98% mengatakan bahwa influencer 'terus terhubung' sepanjang hari, bahkan tersebar di seluruh dunia dan memiliki porsi sebesar 7 persen (atau sekitar 250 juta dari 3,6 milliar konsumen yang terhubung secara global) dari jumlah total populasi online. Super Leader biasanya adalah pengadopsi paling awal, influencer, dan juga trendsetter.
Dari hasil survei mandiri melalui Google Form, 68 persen mengatakan bahwa mereka mengikuti influencer dari bidang Fashion and Lifestyle, ini berarti mereka terus update tentang perkembangan gaya hidup influencer tersebut.
Dari skala 1 sampai 5, 48,3 persen paling banyak memilih angka 3 dalam tingkat mudahnya mereka terpengaruh oleh influencer di media sosial, dan kebanyakan di antara mereka ada berkisar antara umur 15-20 tahun. Hal ini membuktikan bahwa media sosial merupakan salah satu hal yang sangat mendominasi dalam kehidupan generasi muda, dan para influencer pun mempunyai peran penting terhadap terpengaruhnya perilaku generasi milenial.
Sebagai warganet atau netizen (sebutan seseorang yang aktif terlibat dalam komunitas maya atau internet pada umumnya) tidak bisa dipungkiri lagi akan lebih banyak mendapatkan informasi melalui media sosial, terutama bersumber dari influencer dan mudah terpengaruh. Namun, tanpa disadari seringkali mempengaruhi perilaku termasuk memiliki gaya hidup kebarat-baratan terutama di kalangan generasi muda.
Mari kita ambil contoh Karin Novilda atau pemilik akun @Awkarin di Instagram. Dia merupakan gadis berumur 19 tahun yang memiliki 2,6 juta followers dengan akun verified. Ia pun menjadi fenomenal semenjak gaya berpacarannya yang terang-terangan, bahkan tidak malu meunggah foto berciuman dan lain sebagainya.
Selain itu ia juga terkenal dengan gaya berpakaiannya yang cenderung terbuka juga cara dia berbicara di media sosial dengan sering berkata kasar.
Anya Geraldine yang merupakan teman dari Awkarin pun kerap mengunggah hal yang serupa, sehingga membuat dirinya fenomenal dan menjadi perbincangan di berbagai kalangan dan mendapat perhatian dari KPAI bersama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kemenkominfo). Instansi ini pernah memanggil Awkarin dan Anya Geraldine. Dalam pertemuan tersebut mendiskusikan beberapa hal terkait konten-konten media sosial yang dianggap meresahkan.
Namun hal ini kurang dijadikan momok bagi pengguna media sosial terutama generasi muda untuk tidak melakukan hal yang serupa. Justru banyak sekali ditemukan pengguna media sosial yang semakin mengunggah konten foto atau video dengan gaya hidup kebarat-baratan. Hal ini terjadi karena media sosial merupakan makanan sehari-hari bagi generasi milenial, sehingga influencer ini pun menjadi tontonan mereka setiap hari.
Bayangkan dengan tempo waktu lalu ada perbincangan bahwa anak dapat mudah terpengaruh perilakunya menjadi kasar dengan teman karena acara smackdown di TV, bedanya saat ini bukan lagi media televisi yang mempengaruhi, melainkan smartphone dengan media sosialnya yang setiap hari digunakan generasi muda.
Generasi muda menjadi korban akan hal ini, apalagi masa remaja yang cenderung labil dan masa menemukan jati diri. Generasi muda pun mempunyai hubungan yang dekat dengan influencer pada media sosial yang setiap hari mereka buka sehingga sangat mudah terpengaruh.
Banyak sekali remaja yang berani mengunggah foto vulgar, berpakaian terbuka, bersenang-senang di tempat hiburan malam dan lain sebagainya. Perilaku konsumtif pun mendominasi dalam kehidupan generasi muda kebanyakan, dengan mengikuti trend terkini yang disebarkan influencer seperti contohnya berpergian ke berbagai restaurant atau cafe yang mahal hanya demi foto untuk di unggah ke media sosial walaupun hanya memesan es teh manis, memakai busana yang bermerek nan mahal, dan masih banyak lagi. Fenomena ini terjadi karena menurut mereka hal-hal itulah yang dapat membuat mereka meraih eksistensi dengan cepat, sama seperti apa yang dilakukan Awkarin dan Anya Geraldine.
Jika apa yang ada di stasiun TV bisa dihapus, tidak pada media sosial. Jika iya sebuah akun bisa di hapus oleh pihak berwajib, itu bukan berarti tidak ada lagi akun serupa. Pengguna media sosial yang berbagai macam akan selalu terus bertambah setiap harinya, dan tidak bisa dibatasi.
Jika kita mengingat UU yang tertulis bahwa jelas mengatur dalam UU ITE pasal 27 ayat 1 larangan yang dimaksud di dalam UU ITE untuk mentransmitkan data elektronik salah satunya adalah berisi konten bermuatan melanggar kesusilaan.
Seharusnya ini menjadi patokan bagi semua pengguna media sosial untuk tidak seenaknya mengunggah materi ke media sosial karena bisa berimplikasi menjadi sanksi sosial, sanksi moral, dan menjadi sanksi hukum. Pengguna media sosial harus bisa mempertimbangkan efek apa yang dihasilkan dari unggahan tersebut apalagi bila yang mengunggah adalah tokoh yang dapat menarik perhatian publik.
Hal ini membutuhkan perhatian lebih dari berbagai pihak, karena tidak ada habisnya jika hanya fokus terhadap dunia luar. Pemerintah dan institusi pendidikan harus turun tangan untuk membantu dan memastikan para generasi penerus bangsa ini mendapatkan ilmu yang matang di tengah pesatnya perkembangan zaman. Selain itu pendekatan psikologis oleh orang tua juga menjadi hal yang penting demi perkembangan moralitas anak.
Tidak sedikit media social influencer yang patut dicontoh dan ambil nilai positifnya. Seperti @RachelVennya adalah seorang entrepreneur muda yang sukses, dia juga merupakan istri dari pemilik Sate Taichan Goreng, Niko Alhakim yang familiar dipanggil Okin, yang semakin melebarkan sayapnya di dunia bisnis dalam berbagai bidang.
Selain itu pemilik akun @AriefMuhammad yang menjadi favorite di antara semua kalangan juga patut dicontoh. Ia sering berbagi pengalaman di dunia traveling, bisnis.
Youtuber Fathia Izzati menjadi langganan anak muda karena kerap mengunggah video yang bernuansa mendidik. Dia terkenal berkat bakat gaya bicaranya yang dapat mengikuti aksen khas berbagai negara. Dia juga pernah dipanggil ke Istana Negara oleh Bapak Presiden Joko Widodo dalam acara makan siang bersama dengan influencer youtube lainnya.
Beberapa influencer asal Indonesia seperti Keenan Pearce, Dian Pelangi, Anjasmara muncul sebagai sosok paling berpengaruh versi Influence Asia 2017. Mereka dipandang sebagai pemimpin opini (opinion leader) yang akan membawa dunia menjadi lebih baik.
Sebagai generasi muda harus bisa mengubah paradigma bahwa untuk menjadi terkenal tidaklah hanya melakukan sesuatu yang viral dengan hal-hal kebarat-baratan. Mereka tidak perlu untuk memaksa mengikuti trend terkini secara mentah-mentah. Sebagai generasi muda harus bisa mengemas trend yang ada dengan baik dengan tidak melupakan identitas anak negeri dan mulailah menjadi anak muda Indonesia yang bermakna.
(ded/ded)