Jakarta, CNN Indonesia -- Isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA), yang dibumbui masalah politik telah membelah masyarakat. Pada momentum hari raya Natal yang dirayakan kaum Nasrani, suasana gelisah terasa.
Untuk memulihkan suasana, perayaan Natal nasional 2017 bakal digelar dengan nuansa kebersamaan dan kebinekaan. Lokasinya sendiri bakal digelar di Rumah Radakng, Pontianak, Kalimantan Barat.
Presiden Joko Widodo bakal hadir dan memberikan kata sambutan di sana. “Untuk lokasi diserahkan ke Gubernur Kalbar dengan usulan dari panitia Natal nasional dengan penugasan Natal nasional yang diketuai panitia pelaksana di bawah kepanitiaan Gubernur Kalbar Cornelis," tutur Menteri Ignasius Jonan.
Jonan memaparkan bahwa perayaan Natal Nasional 2017 akan mengusung semangat kebinekaan. Pemprov Kalbar ikut menganggarkan dana untuk kesuksesan acara. "Termasuk anggaran dari daerah bisanya berapa, pusat yang akan mencukupi," kata Jonan lagi.
Bagi Gubernur Kalbar Cornelius, perayaan natal ini adalah yang terakhir baginya sebagai gubernur Kalbar. Dia berjanji menggelar acara yang luar biasa dan sukses. “Kami akan berikan yang terbaik, tertib dan aman. Semua masyarakat bisa menikmati," katanya.
Selain itu, paling terpenting melalui perayaan ini adalah rakyat bisa bertemu langsung dengan Presiden Jokowi. Hadirnya Jokowi di tengah-tengah perayaan natal, akan menjadi kado bagi umat Nasrani. Biar kaum minoritas tidak merasa dianaktirikan lagi.
“Saat Presiden datang, rakyat bisa mendengarkan arahan Presiden RI dalam menghadapi situasi dan isu-isu yang berkembang saat ini. Salah satunya, Pilkada," katanya.
Cornelius mengatakan tema kebinekaan merupakan tema yang tepat. Kalbar memiliki keberagaman yang begitu kentara. Tidak hanya multietnis, namun juga multiagama. Kalbar dapat menjadi wajah yang representatif bagi Ibu Pertiwi yang terdiri dari banyak pemeluk kepercayaan. Pilihan ini bijak bila mengingat isu agama selalu bersinggungan dengan keretakan kebinekaan.
Terlebih setelah bombardir hoaks dan ujaran kebencian di media sosial. Adanya virus
information bubble, atau gelembung informasi memperparah keadaan. Setiap individu hanya sudi mengonsumsi informasi yang sesuai keinginannya. Obat penawarnya, nyaris tak ada. Yang bisa kita lakukan cuma memperpanjang usia toleransi dengan usaha klise persatuan.
Maka, seperti juga Perayaan Natal Nasional tahun sebelumnya di Papua dan Kupang, tahun ini, panitia juga berencana melibatkan umat dari agama lain selain Nasrani. Semoga, hal demikian akan menjadi perekat yang meski mustahil mengembalikan harmoni antar agama ke bentuk semula, setidaknya mampu menjaga retak biar tak berurai dan tercerai-berai.
(ded/ded)