Kontribusi anak muda Indonesia untuk persatuan negara terlihat dengan menjamurnya berbagai macam organisasi kepemudaan selama enam tahun terakhir.
Organisasi seperti ini kerap menjadi wadah untuk menyampaikan ide serta pendapat, mengumpulkan informasi dan membahas permasalahan multikulturalisme baik dalam baik skala global maupun internasional.
Salah satunya adalah organisasi kepemudaan yang bernama Sinergi Muda.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Agrita Widiasari, ketua perkumpulan sinergi muda, tidak sedikit organisasi kepemudaan yang bekerja sama dengan lembaga resmi negara maupun swasta untuk berdiskusi sehingga akhirnya muncul sebuah kesepahaman dalam memandang suatu isu terkait keberagaman budaya.
“Anak muda sekarang itu lebih peduli sama Indonesia, lebih giat cari informasi dan lebih speak up!” ujar Agrita.
Sinergi Muda pernah bekerja sama dengan UNICEF dan melakukan penelitian ke Papua, melihat perbedaan kultur di sana. Salah satu pengalaman Agrita di Papua ialah melihat keterbatasan akses informasi mengenai reproduksi bagi perempuan di Papua.
“Setelah penelitian, kami lalu mengedukasi anak muda Indonesia melalui diskusi bersama dengan berbagai pengalaman yang didapatkan di lapangan,” kata Agrita.
Menurut Adhyatmika, salah satu anak muda Indonesia berkesempatan diundang oleh Hillary Clinton ke AS karena prestasinya di kejuaraan film pendek internasional ini, diskusi antar anak muda sangat bermanfaat karena dapat memberikan wawasan bagi anak muda agar tidak salah kaprah dan mudah terprovokasi.
“Anak muda harus cerdas agar dapat menyaring informasi yang ada, terutama yang berbau SARA,” ujar pria yang akrab disapa Mika ini.
Tahun ini Indonesia terpilih menjadi tuan rumah The Sixth Global Forum of the United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) yang akan diselenggarakan di Bali, Jumat (29/8) besok.
Menurut pernyataan UNAOC, Indonesia sebagai tuan rumah telah menjadi model keharmonisan antarbudaya, etnis dan agama bagi negara lain.