Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia terpilih menjadi tuan rumah The Sixth Global Forum of the United Nations Alliance of Civilizations (UNAOC) yang akan diselenggarakan di Bali, Jumat (29/8) mendatang.
Pemerintah Indonesia menganggap pemilihan ini merupakan pengakuan atas keberhasilan menciptakan kedamaian di dalam negeri.
“Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah pelaksanaan forum UNAOC yang pertama di kawasan Asia Pasifik, dapat dimaknai sebagai apresiasi masyarakat internasional terhadap keberhasilan Indonesia menjadi model terdapatnya hubungan yang harmonis antara beragam etnis, ras, dan budaya," kata Juru Bicara Kepresidenan Bidang Hubungan Internasional Teuku Faizasyah dalam siaran pers yang diterima CNN Indonesia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Forum yang mengangkat tema Bhinneka Tunggal Ika, sesuai dengan dasar negara Republik Indonesia, ini bertujuan untuk menjembatani hubungan antar budaya dan agama yang ada di dunia, terutama antara dunia Islam dan dunia Barat.
"Di tengah dunia internasional yang masih terus dinodai oleh konflik yang mengatasnamakan keunggulan peradaban tertentu, forum UNAOC mengingatkan kita kembali arti penting dari kesinambungan upaya membangun saling pengertian antar peradaban,” kata Faizasyah.
Menurut pernyataan UNAOC, Indonesia akan menjadi cerminan atas keberhasilan serupa yang tengah dirintis oleh negara-negara di dunia Dengan keberagaman, negara-negara ASEAN akan menyeleraskannya dalam Komunitas ASEAN dengan visi dan identitas yang sama pada 2015.
"Ini menjadikan Indonesia sebagai contoh yang relevan bagi transisi yang tengah berjalan di seluruh dunia, termasuk di wilayah Asia Pasifik," tulis pernyataan UNAOC.
Sebelumnya forum global ini sukses diadakan di Spanyol, Turki, Brasil, Qatar dan Austria. Di Bali, forum akan berlangsung selama dua hari, yaitu 29-30 Agustus.
Dalam forum ini akan hadir Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa, Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-Moon, Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Iyad Ameen Madani, dan Direktur Jenderal UNESCO Irina Bokova