WABAH EBOLA

Obama: Kami Tahu Cara Hentikan Ebola

CNN Indonesia
Rabu, 03 Sep 2014 12:45 WIB
Lebih dari 3.000 orang terinfeksi Ebola di Liberia, Guyana, Sierra Leone dan Nigeria sejak penyakit ini menyebar Desember lalu, sedikitnya 1.552 penderita meninggal.
Amerika Serikat mengerahkan 500 personel kesehatan menangani virus Ebola
Jakarta, CNN Indonesia --
Pemerintah Amerika Serikat menegaskan pihaknya berupaya keras untuk mengatasi wabah penyakit karena virus Ebola yang terjadi di Afrika Barat.

Presiden Barrack Obama mengatakan dalam pesan video bahwa pemerintahnya mendukung upaya melawan dan mengentaskan untuk menyatakan dukungan dalam menghentikan penyebaran virus Ebola.

"Menghentikan penyakit ini bukan hal mudah, tapi kami tahu caranya," kata Presiden Amerika Barrack Obama dalam pesan video, Selasa (2/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia juga menyatakan Amerika akan turut bekerjasama untuk meningkatkan kesehatan umum sehingga penyakit semacam ini tidak akan terjadi lagi.

"Bersama-sama kita bisa merawat mereka yang sakit dengan penuh rasa hormat dan martabat, kita bisa menyelamatkan nyawa mereka," kata Obama.

Sampai saat ini, menurut Juru Bicara Gedung Putih Josh Earnest, lebih dari 500 anggota staff Pusat Penanggulangan dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) sedang mencari cara mengalahkan Ebola, sebanyak 70 di antaranya tergabung dalam 100 personel AS yang turun langsung ke daerah terinfeksi.

"Mereka melakukan pemantauan, penelusuran kontak, pengaturan basis data, dan pendidikan kesehatan," kata Earnest.

Lebih dari 3.000 orang terinfeksi Ebola di Liberia, Guyana, Sierra Leone dan Nigeria sejak penyakit ini menyebar Desember lalu, sedikitnya 1.552 penderita meninggal.

Pencarian vaksin Ebola akan memasuki tahapan uji coba pada manusia pekan ini, sebelumnya eksperimen dilakukan terhadap simpanse.

Salah satu vaksin adalah NIH, dikembangkan oleh perusahaan GlaxoSmithKilne, dan terbukti ampuh mencegah Ebola pada primata tapi belum diujikan pada manusia.

NIH akan diujicoba di Universitas Oxford, Inggris, juga di Gambia dan Mali, diperkirakan akan menghabiskan dana hingga US$4,7 juta atau lebih dari Rp55,3 miliar.

Vaksin lainnya yang dikembangkan Departemen Pertahanan bekerjasama dengan  perusahaan farmasi NewLink Genetics Corp akan diujikan di Pusat Riset Militer Walter Reed di Silver Spring, Maryland.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER