Jakarta, CNN Indonesia -- Pasukan penjaga perdamaian PBB yang disandera oleh militan pemberontak Suriah yang berafiliasi dengan al-Kaidah akan segera dibebaskan dalam waktu dekat.
Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh kepala militer Fiji yang mengaku mendapat kabar langsung dari PBB.
"Kelompok Al Nusra mengonfirmasi kepada markas PBB di New York untuk membebaskan pasukan penjaga perdamaian dari Fiji beberapa hari lagi," ujar Brigadir Jenderal Mosese Tikoitoga saat konferensi pers di ibukota Fiji, Suva, Rabu (3/9) lalu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Tikoitoga, ke-45 pasukan penjaga perdamaian PBB yang disandera dua minggu lalu oleh kelompok al Nusra akan dibebaskan tanpa syarat.
Tiga pejabat senior militer Fiji yang dipimpin oleh Komandan Angkatan Darat Letnan Kolonel Jone Kalouniwai akan segera diberangkatkan ke Dataran Tinggi Golan untuk menjemput pasukan Fiji yang disandera.
Pemerintah Fiji juga memberikan pernyataan serupa melalui sosial media, namun beberapa jam kemudian dihapus dan diganti dengan 'semua upaya untuk membebaskan pasukan penjaga perdamaian Fiji masih terus dilakukan'.
Pejabat militer Fiji kemudian juga menelepon kantor berita lokal untuk menarik pemberitaan sebelumnya.
Sementara itu, juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan PBB belum memiliki informasi terkait situasi pasukan penjaga perdamaian Fiji, dikutip dari ABC News.
Militan al Nusra menculik puluhan pasukan Fiji pada akhir bulan lalu di Dataran Tinggi Golan.
Ada tiga tuntutan mereka untuk pembebasan para tentara, yaitu dicabut dari daftar teroris, pengiriman bantuan kemanusiaan di wilayah konflik di Damaskus, dan kompensasi atas tewasnya tiga anggota Nusra dalam baku tembak dengan pasukan PBB.
Pasukan Fiji merupakan bagian dari Pasukan Pemerhati Pembebasan PBB dengan 1.223 anggota yang memiliki misi memantau garis perbatasan antara Suriah dan daerah pendudukan Israel di Dataran Tinggi Golan, sejak 1974.
Selain dari Fiji, misi ini juga diikuti oleh pasukan dari India, Irlandia, Nepal, Belanda dan Filipina.
Wilayah Dataran Tinggi Golan merupakan wilayah yang terbilang tenang selama empat dekade.
Namun, beberapa bulan terakhir situasi di Dataran Tinggi Golan semakin memanas karena perang di Suriah antara pemberontak dan tentara pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.