Jepang dan Amerika Serikat saat ini sedang membahas strategi jika suatu saat Jepang harus melakukan tindakan penyerangan.
Sejak akhir Perang Dunia II, Jepang memang dipaksa untuk menahan diri.
Namun, kekhawatiran mengenai setengah hatinya AS membela Jepang, membuat Jepang kini segera bersiap jika suatu waktu negaranya diserang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan penasihat keamanan nasional Jepang, Narushige Michista, membenarkan analisa tersebut.
"Jepang kemungkinan akan melakukan penyerangan jika Amerika tidak bisa melakukannya," kata mantan penasihat keamanan nasional Jepang, Narushige Michista, sebagaimana dikutip Reuters (10/9).
Banyak yang mengira kesiagaan Jepang tersebut terkait memanasnya konflik dengan Tiongkok. Tapi ternyata, aksi tersebut akan ditujukan untuk mengatasi ancaman peluru kendali dari Korea Utara.
Korea Utara selama ini kerap menembakkan peluru kendali ke laut di antara kedua negara tersebut. Saat ini, negara yang hanya berjarak 600 kilometer dari Jepang tersebut semakin meningkatkan kemampuan roket balistiknya dan sedang melakukan serangkaian pengujian senjata nuklir.
April lalu, Korea Utara bahkan mengklaim Jepang akan "tenggelam dalam api nuklir” jika terjadi perang nuklir.
Menyiapkan senjata
Hingga saat ini belum ada informasi mengenai strategi penyerangan yang akan digunakan atas ancaman tersebut.
Seorang pejabat Jepang menyatakan, dalam pembahasan tersebut kedua belah pihak juga berunding mengenai pengadaan senjata apa saja yang akan digunakan untuk melakukan penyerangan jarak jauh. Karena senjata yang ada hanyalah untuk mempertahankan diri.
Angkatan bersenjata Jepang saat ini memiliki 16 kapal selam, tiga kapal induk dan helikopter. Selain itu Jepang juga membeli 42 pesawat tempur siluman F-35.
Membangun kekuatan militer memang menjadi salah satu kebijakan utama Perdana Menteri Shinzo Abe.
Untuk memuluskan kebijakan, Abe telah menambah anggaran pertahanan, mencabut larangan pasukan Jepang bertempur di luar negeri dan mempermudah ekspor persenjataan.