KISAH HIDUP

Agen Ganda Tulis Kisah Hidup

CNN Indonesia
Rabu, 17 Sep 2014 17:42 WIB
Lima tahun menjadi agen ganda, Morten Storm menceritakan kisah hidupnya melalui sebuah buku. Sebelumnya ia bersembunyi karena kerap mendapat ancaman.
Storm sempat dekat dengan pemimpin kelompok radikal dan jadi agen rahasia. (Reuters)
Jakarta, CNN Indonesia --

Memiliki dua identitas dan dua kehidupan yang berbeda memang beresiko tinggi pada kematian. inilah yang dialami oleh Morten Storm yang pernah menjadi agen rahasia ganda.

Selama  lima tahun Storm menjalani dua kehidupan: anggota kelompok Islam radikal dan agen rahasia Denmark. 

Kehidupan Storm ini bak cerita fiksi. 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nama Morten Storm, Murad Storm, Abu Osama dan Abu Mujahid pernah ia pakai. "Rasanya seperti memiliki kehidupan orang yang menderita skizofrenia," tulis Storm.

Ia menceritakan pengalaman hidupnya dalam buku yang ditulis kontributor CNN Paul Cruickshank dan Tim Liser, berjudul  'Agen Storm: Kehidupanku di Dalam al-Kaidah dan CIA'.

Masa kecil

Kehidupan sebelum menjadi agen ganda pun diceritakan pria yang juga menguasai bahasa Arab dan Inggris itu. 

Storm tumbuh besar di kota Korsor, Denmark dan menjalani masa remajanya tanpa kehadiran sosok ayah. 

Olahraga kesukaannya ialah tinju untuk melampiaskan kemarahan.

Saat berumur18 tahun Storm dipenjara karena merampok dan berkelahi, setelah bebas Keluar Storm bergabung dengan sebuah geng motor bernama Bandidos.

Kehidupan Storm mulai membaik setelah ia membaca buku riwayat Nabi Muhammad. 

Ia pun memutuskan hijrah ke Yaman untuk belajar agama Islam bersama wartawan Denmark, Nagieb Khaja, yang ingin membuat film tentang mujahidin di Yaman.

Storm berteman dengan ulama keturunan Yaman-Amerika yang merupakan pemimpin al-Kaidah bernama Anwar al-Awlaki, yang ternyata menjadi target Amerika Serikat.

Namun karena merasa dikhianati, Storm lalu melupakan Islam dan melamar untuk menjadi agen intelejen Denmark untuk melawan terorisme.

Agen rahasia

Kepiawaian Storm dalam bertugas untuk Denmark menarik perhatian badan intelijen Amerika, CIA, yang menawarinya imbalan sebesar US$250 ribu untuk menangkap al-Awlaki.

"Storm adalah agen yang sangat berharga karena ia memiliki akses untuk menjangkau target CIA," ujar Hans Jorgen Bonnichesen, mantan kepala agen badan intelijen Denmark, PET.

Storm kembali mendekati al-Awlaki yang lalu meminta Storm untuk mencarikannya istri. 

Storm pun mengenalkan agen rahasia wanita Kroasia bernama Irena Horak yang berganti nama menjadi Aminah. 

Agen wanita tersebut juga ditugasi untuk membunuh al-Awlaki.

Tanpa sepengetahuan Storm, al-Awlaki membawa kabur Aminah untuk menikah. 

Koper yang disisipi pelacak oleh Storm pun dibuang.

CIA kecewa dengan hasil kerja Storm. 

"Mereka menolak berbicara dengan saya selama enam bulan," ujar Storm.

Tidak lama kemudian, CIA kembali menghubungainya untuk mencari pemimpin al-Kaidah manapun dan menjanjikan US$5 juta bagi siapa saja yang mampu menangkap atau membunuh al-Awlaki.

Tahun 2011 Al-Awlaki akhirnya ditemukan dan tewas dalam serangan pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat. 

Storm mengklaim bahwa penyergapan al-Awlaki adalah berkat kerja kerasnya. 

Namun, CIA mengatakan ada perbedaan pembuktian, sehingga Storm tidak bisa mendapatkan US$5 juta seperti yang dijanjikan. 

Hubungan Storm dengan CIA kemudian memburuk. 

Storm berhenti dari CIA dan juga badan intelijen Denmark, PET. 

Buka suara

Setelah konflik dengan CIA Storm bersembunyi karena kerap menerima ancaman pembunuhan dari kelompok ekstrimis yang pernah menjadi rekannya. 

Ancaman yang sangat serius dialami Storm tahun lalu ketika kelompok ISIS menyiarkan video tentang dirinya saat masih menjadi agen.

Storm mengaku badan intelijen Denmark masih menawarkan pekerjaan dengan bayaran US$260 ribu selama 5 tahun. 

Tapi Storm menolak penawaran tersebut karena terlanjur kecewa dengan pemerintah Denmark. 

Bahkan ada yang ingin membungkam Storm dengan sejumlah uang untuk menutupi kisah dalam bukunya.

Saat ini CIA menolak untuk dimintai keterangan tentang cerita Storm, begitu juga dengan pemerintah Denmark.

Magnus Ranstorp, salah satu pakar anti-teroris terkemuka Skandinavia, berpendapat bahwa Storm, "Beruntung karena selamat setelah mengunjungi banyak tempat. Saya ragu ada banyak orang seperti dia".

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER