Jakarta, CNN Indonesia -- Para pemimpin dunia menghendaki Skotlandia tetap bergabung bersama Inggris, menyusul upaya memisahkan diri melalui referendum yang digelar pada 18 September 2014.
Komentar terbaru datang dari Presiden Amerika Serikat Barack Obama, sebelas jam sebelum referendum Skotlandia digelar, seperti dikutip dari The Telegraph.
Dalam pernyataan di akun Twitter resmi miliknya, Obama berharap Inggris akan tetap kuat dan bersatu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Inggris adalah mitra Amerika yang luar biasa dan pencetus kebaikan di dunia yang tidak stabil ini. Saya harap Inggris bisa tetap kuat, solid dan bersatu," tulis Obama.
Dukungan untuk persatuan Inggris juga sebelumnya disampaikan oleh mantan Presiden AS Bill Clinton pekan ini, dengan mengatakan "proses negosiasi yang panjang dan rumit" akan melemahkan ekonomi Skotlandia.
Hal yang sama disampaikan istri Clinton, Hillary, yang mengatakan dia akan "benci melihat Inggris kehilangan Skotlandia."
Banyak kepala negara dunia juga menyerukan persatuan Inggris, terutama dari Eropa, dalam berbagai kesempatan.
Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy mengatakan bahwa lepasnya Skotlandia dari Inggris sangat buruk bagi kawasan Eropa.
"Saya telah berbicara dengan perwakilan dari 28 negara dan tidak ada antusiasme dari mereka soal proses referendum ini. Saya mengerti upaya mereka itu buruk bagi kawasan, bagi negara dan Uni Eropa secara keseluruhan," kata Rajoy, dikutip dari The Telegraph.
Dari Italia, Perdana Menteri Enrico Letta mengatakan bahwa referendum akan sangat berbahaya bagi kelangsungan Uni Eropa karena Inggris telah dianggap sebagai pilar kuat pasar tunggal.
"Konsekuensi referendum akan sangat, sangat, berbahaya," kata Letta.
Perdana Menteri Australia Tonny Abbott mengatakan bahwa dia tidak suka melihat Inggris yang tercerai berai.
Dari Asia, Tiongkok ikut berpendapat.
Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang mengatakan bahwa mereka menginginkan "Inggris yang kuat, sejahtera dan bersatu".
Referendum Skotlandia digelar mulai pukul 7 pagi hingga 10 malam waktu setempat di 32 daerah pemilihan yang akan diikuti oleh sekitar 4,2 juta pemilih.