Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Edinburgh, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris David Cameron baru saja meloloskan diri dari ancaman politik yang nyaris menjatuhkannya.
Kesuksesan Better Together, kampanye untuk mempertahankan Skotlandia di Britania Raya, menyelamatkan dia dari bencana besar, karena dia tidak menjadil Perdana Menteri yang membiarkan Skotlandia memisahkan diri.
Namun, saat ini masa depan sang perdana menteri masih dipertanyakan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Cameron masih akan menghadapi peperangan besar di Parlemen, karena berjanji memberikan kekuasaan yang lebih besar bagi Skotlandia, atau yang disebut "Devo-Max" untuk menjaga negara itu agar tidak memisahkan diri.
Apakah Gordon Brown Berjasa?Cameron dan partainya bukan satu-satunya pihak yang dapat disalahkan atas terjadinya referendum ini. Namun, dia terus dituduh melakukan berbagai kesalahan taktis dan strategis.
Banyak anggota parlemen mengatakan Cameron dan kampanye Better Together bisa selamat karena semangat mantan ketua Partai Buruh dan Perdana Menteri Gordon Brown.
Namun, Cameron juga menyadari bahwa dia patut disalahkan karena mendorong pertumbuhan suara pihak nasionalis dan begitu saja menyetujui referendum, sebagai akhir dari permasalahan Skotlandia.
Padahal, ketika kaum Buruh Skotlandia mendesak pemerintah untuk mengadakan referendum pada dekade 1970-an, pemerintah Inggris bersikeras bahwa Skotlandia perlu 40 persen suara di parlemen Inggris untuk membuat perubahan.
Pengamat mengkritisi Cameron karena memilih pemimpin Partai Nasional Skotlandia Alex Salmond selama dua tahun untuk menciptakan momentum, dan memperbolehkan warga berusia 16 tahun mengikuti pemungutan suara.
Pengamat juga menyalahkan Cameron karena dia membolehkan surat suara bertuliskan kata "ya" dan "tidak" yang terdengar negatif.
Selain itu, pengamat menilai Cameron melakukan kesalahan karena dia tidak menyertakan pilihan "Devo Max" dalam surat suara, yaitu ketentuan penaikan pajak dan anggaran pembelanjaan Parlemen Skotlandia yang dianggap dapat melemahkan semangat separatisme.
Selama masa menjelang pemungutan suara, banyak anggota parlemen Konservatif yang memilih diam ketimbang memperburuk suasana, beberapa orang memperingatkan Cameron bahwa Devo Max mungkin tidak bisa diterapkan.
Anggota Parlemen Konservatif sudah bersikeras bahwa kelonggaran apapun yang diberikan pada Parlemen Skotlandia harus diimbangi dengan kekuatan yang lebih besar bagi wilayah Inggris -- misalnya, dengan mengurangi jumlah anggota parlemen Skotlandia di Parlemen Westminsters.
Sebagai politisi moderat dan pragmatis, Cameron telah menjalani masa jabatan yang sulit dengan adanya partai sayap kanan yang terus berkembang menjadi semakin skeptis terhadap Eropa karena menghadapi Partai Kemerdekaan Inggris.
Namun, Cameron dapat bernafas lega untuk sementara ini, karena jika Skotlandia sampai memisahkan diri dari Britania Raya, dia mungkin juga akan menghadapi pemberontakan lain di dalam partainya.
Untuk saat ini setidaknya dia bisa bertahan. Tapi tetap saja ada permasalahan yang lebih besar yang menghantuinya, karena survei mengungkapkan Partai Konservatif akan kalah dari UKIP dalam pemungutan suara bulan depan karena pembelotan mantan anggota parlemen Tory Douglas Carswell.
Robin Oakley adalah mantan editor politik dan kolumnis surat kabar 'Times' di London dan Editor Politik Eropa 'CNN'.