Jakarta, CNN Indonesia -- Amerika Serikat mempunyai andil besar dalam pemberantasan narkoba di Meksiko, terutama pada pemerintahan Presiden Felipe Calderon. Namun peran AS dibatasi pada pemerintahan baru Presiden Enrique Pena Nieto.
Sesaat setelah presiden Pena Nieto diangkat presiden pada Desember 2012, dia langsung mengurangi peran Amerika, termasuk keterlibatan para agen rahasia mereka di Meksiko.
Salah satu bentuknya adalah diusirnya agen Amerika dari pusat intelijen di Monterrey, tempat aparat keamanan kedua negara bahu membahu mengumpulkan dan menganalisa informasi intelijen terkait kartel narkoba.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Pena Nieto ini menyusul kritik soal keterlibatan Amerika yang terlalu besar dalam upaya Meksiko memberantas kartel, termasuk masuk terlalu dalam ke wilayah negara itu, salah satunya menggunakan pesawat nirawak atau drone.
Dalam sebuah laporan investigasi koran Meksiko El Universal Nacion Januari lalu, disebutkan bahwa pemerintahan AS, mulai dari George W Bush hingga Obama, telah bekerja sama dan memberikan kekebalan hukum bagi kartel Sinaloa dari Meksiko untuk berjualan narkoba di AS.
Cara ini digunakan untuk mematikan usaha pedagang narkoba di Amerika Serikat satu per satu.
Hubungan AS dengan Sinaloa terjadi antara tahun 2006 hingga 2012, periode dimana angka kekerasan meningkat di Meksiko. Sejak tahun 2007 hingga 2014, diperkirakan sudah 90 ribu orang tewas akibat peristiwa yang terkait dengan kekerasan kartel.
Berdasarkan 100 wawancara dengan pejabat dan mantan pegawai pemerintahan di AS dan Meksiko, ditemukan bahwa Badan Pemberantasan Narkoba Amerika Serikat, DEA, Lembaga Penegak Bea dan Imigrasi, ICE, dan Kementerian Kehakiman AS, telah berkomunikasi secara rahasia dengan pemimpin kartel di Meksiko.
Menurut El Universal, tindakan ini memicu semakin banyak kekerasan dan pembunuhan di Meksiko akibat munculnya "perang rahasia" antara kartel yang bekerja sama dengan AS.
Zambada-Niebla, salah seorang anggota Sinaloa yang tertangkap tahun 2009, kepada media The New American mengatakan bahwa pemerintahan Obama melalui FBI punya program mempersenjatai para kartel di Amerika.
"Jelas bahwa sebagian senjata ini dengan sengaja diberikan FBI dan perwakilan pemerintah AS lainnya ke tangan Kartel Sinaloa," kata mosi yang diajukan oleh tim pembela Zambada Niebla di pengadilan di AS.
Menurut mantan pejabat dan anggota kartel, kesepakatan antara Sinaloa dan Washington memungkinan diselundupkannya berton-ton narkoba ke dalam Amerika Serikat, dengan harapan monopoli dagang oleh Sinaloa akan mematikan bisnis geng narkotika lainnya di Negeri Paman Sam.
El Universal menuliskan, ada setidaknya 50 pertemuan di Meksiko antara agen AS dan para bos Sinaloa, juga melalui telepon dan email.
Menurut peneliti senior hukum dan ekonomi di Columbia University, Dr. Edgardo Buscaglia, taktik Amerika ini pernah digunakan sebelumnya di Kolombia, Kamboja, Thailand dan Afghanistan.
"Tentu saja, modus operandi ini melanggar hukum internasional, selain meningkatkan kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia," kata Buscaglia.
Mantan Duta Besar AS untuk Kolombia, Myles Frechette dikutip dari TIME Januari lalu, mengatakan bahwa taktik ini berhasil mengurangi kekuasaan kartel di Kolombia.