Hong Kong, CNN Indonesia -- Puluhan ribu pengunjuk rasa pro demokrasi memperluas blokade jalan-jalan Hong Kong pada Selasa (30/9)dan menumpuk makanan serta barikade darurat menjelang Hari Nasional Tiongkok.
Para pengunjuk rasa khawatir polisi akan membersihkan jalan-jalan yang diblokade itu dari aksi demonstrasi sebelum hari nasional tersebut.
Pada akhir minggu, polisi menembakkan gas air mata dan semprotan merica ke arah pengunjuk rasa namun mundur untuk mengendorkan ketegangan ketika jumlah pengunjuk rasa bertambah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peserta aksi protes ini bermalam dan menyalakan lilin di jalan-jalan itu tanpa ada gangguan sama sekali.
Berita bahwa polisi akan kembali bergerak menyebar di antara para pengunjuk rasa pada Senin malam dan ketika matahari mulai terbit banyak peserta tetap khawatir terutama di malam menjelang ulang tahun pendirian Republik Rakyat Tiongkok oleh Partai Komunis yang jatuh pada 1 Oktober.
“Banyak penguasa akan datang dari Tiongkok ke Hong Kong. Pemerintah Hong Kong tidak mau mereka melihat ini semua, jadi polisi harus melakukan sesuatu,” ujar Sui-ying, mahasiswa Universitas Hong Kong.
“Kami tidak takut. Kami akan tetap bermalam di sini. Malam ini adalah yang paling penting,” ujarnya.
Para pengunjuk rasa, yang sebagian besar adalah pelajar, menuntut demokrasi penuh dan mendesak pemimpin Hong Kong Leung Chin-ying mundur setelah Beijing menolak pemilihan pemimpin Hong Kong atau Kepala Eksekutif pada 2017 berjalan bebas.
Tiongkok memerintah Hong Kong berdasarkan asas “satu negara, dua sistem” yang mengatur bekas daerah penjajahan Inggris ini memiliki otonomi dan kebebasan dalam tingkat tertentu yang tidak ada di daratan Tiongkok, dengan tujuan utama berupa penerapan hak pilih yang setara.
 |
Polisi Hong Kong masih menahan diri dalam mengatasi aksi protes pro demokrasi (Reuters/Carlos Baria) |
Para pengunjuk rasa berkumpul di setidaknya empat lokasi paling sibuk Hong Kong, seperti Admiralty yang menjadi lokasi kantor pusat pemerintah Hong Kong, daerah bisnis Central, pusat belanja Causeway Bay dan wilayah pemukiman padat Mong Kok di Kowloon.
Penyelenggara aksi mengatakan setidaknya 80 ribu orang turun ke jalan-jalan sejak aksi protes dimulai pada Jumat malam, namun angka ini tampaknya berkurang sedikit pada Selasa karena sejumlah pengunjuk rasa pulang ke rumah untuk beristirahat.
Alex Chow, ketua Federasi Mahasiswa Hong Kong, mengatakan protes ini kini tidak hanya sekadar aksi mahasiwa dan gerakan “Occupy Central.”
“Ini sudah berubah menjadi gerakan sipil,” kata Chow.
Menahan DiriPara pemimpin Partai Komunis Tiongkok khawatir tuntutan demokrasi ini bisa menyebar ke wilayah daratan, dan mensensor pemberitaan dan pernyataan di media sosial terkait dengan aksi demonstrasi Hong KOng.
Aksi yang disebut ilegal oleh pemerintah komunis Tiongkok di Beijing, adalah aksi paling besar di Hong Kong sejak negara itu kembali berkuasa di sana pada 1997.
Ini juga menjadi tantangan politik terbesar bagi Beijing setelah membubarkan aksi pro demokrasi di Lapangan Tiananmen pada 1989.
Gerakan ini menjadi tantangan yang sulit bagi Partai Komunis. Jika membubarkan dengan kekerasan yang berlebihan akan menyebabkan kepercayaan pasar pada Hong Kong turun. Sementara, jika tidak terlalu tegas bisa mendorong aksi pembangkangan di daratan Tiongkok.
Dampak kekacauan ini terhadap pasar finansial terbatas karena investor masih menunggu seberapa besar reaksi Beijing.