KONFLIK YAMAN

Perang Ancam Ketahanan Pangan di Yaman

CNN Indonesia
Rabu, 01 Okt 2014 06:48 WIB
Menurut data FAO, satu dari empat warga Yaman mengalami kekurangan gizi dan lebih dari setengah penduduknya makan tanpa nutrisi yang cukup.
Akibat peperangan dan pemberontakan, rakyat Yaman tidak bisa memanfaatkan lahan pertanian. (REUTERS/Mohamed al-Sayaghi)
Jakarta, CNN Indonesia --

Lembaga Food and Agriculture Organization, FAO, mengatakan kondisi ketahanan pangan di Yaman memburuk menyusul kekacauan politik dan keamanan di negara tersebut.

Menurut FAO dalam konferensi pers di Abu Dhabi, satu dari empat warga Yaman kekurangan gizi dan lebih dari setengah penduduk di negara itu hanya bisa makan ala kadarnya tanpa nutrisi yang cukup.

Padahal dengan kondisi tanah dan air yang memadai, seharusnya penduduk Yaman bisa mengembangkan sektor pertanian dengan baik, namun konflik politik dan pemberontakan menyebabkan kesempatan mengelola lahan tani tidak terbuka lebar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Untuk meningkatkan dan memaksimalkan ketahanan pangan di Yaman, dibutuhkan sekitar dua per tiga lahan pertanian dari total populasi," ujar Ad Spijkers selaku koordinator FAO di Yaman.

"Jadi ketika penduduk mengungsi dan mereka tidak bisa bercocok tanam, itu menjadi masalah besar karena makanan menjadi tidak terpenuhi," lanjut dia lagi.

Mirisnya, hampir setengah dari air irigasi yang ada di Yaman digunakan untuk menanam daun khat yang merupakan daun narkotika, karena harganya tinggi di pasaran lokal.

Sementara irigasi untuk menanam tanaman pokok menjadi terbatas. Dampaknya, pemerintah akhirnya harus mengimpor 90 persen gandum dan 100 persen beras untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyatnya.

Ketergantungan tersebuk berimbas terhadap cadangan visa negara tersebut, terlebih ekspor minyak yang menjadi andalan Yaman saat ini tengah anjlok.

"Kedua hal tersebut akhirnya menempatkan Yaman pada Kerawanan Pangan yang serius," ujar FAO.

Pada Periode Januari-Mei 2014, Yaman hanya menghasilkan US$671 juta pendapatan dari ekspor minyak, turun hampir 40 persen dari tahun sebelummnya.

Hal ini terjadi karena sering terjadi pengeboman pipa minyak dan gas oleh pemberontak yang tidak puas terhadap pemerintahan.

Peristiwa terbaru, pemberontak Syiah Houthi mengusai ibukota Sana'a bulan ini, yang akhirnya mendorong Presiden Abd Rabbu Mansour Hadi memperingatkan bahaya perang saudara di negara yang telah lama tercabik-cabik oleh perpecahan politik, agama dan suku tersebut.

Salah Elhajj Hassan selaku perwakilan FAO di Yaman menuturkan kepada Reuters Senin (29/9), bahwa konflik Yaman telah menghambat program bantuan dari pemerintah ke daerah, bahkan untuk hal paling dasar seperti peralatan pertanian pada petani.

"Kita sudah berusaha mengirimkan beberapa bantuan ke berbagai daerah, seperti Provinsi Jawf namun situasinya parah disana," ujar Hassan.

selain kekerasaan yang terjadi di kota Sanaa, Yaman juga menghadapi serangan oleh al-Qaidah.

FAO telah bekerja sama dengan lembaga donor internasional untuk membantu memodernisasi sektor pertanian di Yaman, lebih dari 40 proyek sedang dikerjakan dalam dua tahun terakhir.

"Beberapa proyek ini telah menemukan titik terang untuk dijalankan para donor internasional tersebut, namun situasi di Yaman sekarang menghambat kemajuan itu," ujar Sirelkhatim Mohamed, pejabat investasi FAO yang terlibat dalam program ini.

Strategi Ketahanan Pangan Nasional Yaman sendiri dibentuk sebagai tindak lanjut terhadap lonjakan harga pangan global pada 2008 silam, hal ini diharapkan bisa mengurangi ketidakstabilan pangan hingga sepertiga pada tahun 2015, dan menjadi 90 persen pada tahun 2020 yang pada akhirnya menstabilkan ketahanan pangan di Yaman.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER