DEMOKRASI HONG KONG

Inggris Pertanyakan Janji Tiongkok pada 1997

CNN Indonesia
Rabu, 01 Okt 2014 07:57 WIB
Saat penyerahan Hong Kong pada Tiongkok oleh Inggris, pemerintah Beijing berjanji menerapkan demokrasi dan kapitalisme dalam prinsip "Satu negara, dua sistem".
PM Inggris David Cameron merasa prihatin atas tindakan Tiongkok di Hong Kong. (REUTERS/Andrew Winning)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perdana Menteri Inggris David Cameron mengaku prihatin atas ketegangan yang meningkat di Tiongkok terkait aksi demonstrasi menuntut demokrasi yang terjadi di Hong Kong.

Cameron mempertanyakan janji Beijing saat serah terima Hong Kong dari Inggris pada Tiongkok tahun 1997 yang berkomitmen menerapkan prinsip "satu negara dua sistem" dengan demokrasi penuh dan sistem kapitalisme bagi wilayah otonomi itu selama 50 tahun ke depan.

"Saat kami mencapai kesepakatan dengan Tiongkok ada beberapa rincian soal pentingnya memberikan masa depan yang demokratis pada rakyat Hong Kong dalam pendekatan dua sistem. Jadi, tentu saja, saya sangat prihatin dengan apa yang terjadi saat ini berharap isu ini bisa segera diselesaikan," kata Cameron, dikutip dari Sky News (30/9).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Demonstrasi ribuan orang berakhir ricuh saat aparat menggunakan kekerasan, termasuk menyemprotkan merica dan gas air mata, di pusat kota Hong Kong.

Massa menuntut demokrasi penuh dan memprotes keputusan Beijing yang akan menentukan calon kandidat pemimpin Hong Kong pada 2017, mengatakan bahwa itu adalah "demokrasi palsu."

Tidak ada komentar apa pun terkait protes ini dari Presiden Tiongkok XI Jinping saat menghadari Hari Martir di Lapangan Tiananmen, namun pemerintah Beijing kemarin telah mengatakan bahwa demonstrasi di Hong Kong adalah ilegal.

Harian People's Daily menyebut bahwa para pengunjuk rasa itu merupakan ekstremis minoritas yang menghancurkan supremasi hukum di dalam kota.

"Pemerintah pusat tidak akan mundur hanya karena kekacauan yang diciptakan oleh oposisi. warga Hong Kong tahu betul pemerintah pusat (Beijing) tidak akan berubah pikiran, mereka akan mengetahui bahwa drama yang dipentaskan oleh oposisi ini hanya berujung buruk," tulis surat kabar itu.

Aksi Protes yang dimulai sejak Jumat (26/9)  telah melumpuhkan pusat kota, dan diwarnai bentrok antara demonstran dan aparat keamanan. Gas air mata ditembakkan untuk membubarkan para demonstran yang sebagian besar terdiri dari mahasiswa.

Demonstrasi semakin berkembang setelah polisi berusaha membubarkan massa dengan menggunakan pentungan dan gas air mata Senin (29/9) dini hari hingga polisi kemudian menarik diri.

Cheung Tak-keung, wakil komisaris polisi, menekankan polisi menggunakan kekuatan minimum dalam membubarkan masa.

Ia mengatakan 41 orang, termasuk 12 polisi, terluka sejak protes pecah.

Pemerintah Hong Kong mendesak agar pengunjuk rasa tetap tenang dan meninggalkan tempat dengan damai namun massa tetap berkemah di seputar kompleks gedung pemerintah pada Senin malam.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER