Bangkok, CNN Indonesia -- Sebuah rumah sakit di Bangkok, Thailand, mengaku telah mengembangkan antibodi baru yang bisa mengobati penyakit Ebola yang telah menewaskan ribuan orang di Afrika Barat.
Pada konferensi pers Kamis (2/10), para dokter di Rumah Sakit Siriraj, Fakultas Kedokteran Universitas Mahidol, Bangkok, mengatakan telah menciptakan antibodi yang ukurannya cukup kecil sehingga bisa masuk ke sel-sel yang terinfeksi Ebola dan mengakses protein virus di dalam sel tersebut.
"Antibodi biasa bekerja melawan virus untuk mencegah virus masuk sel tubuh. Tapi antibodi yang kami temukan, karena ukurannya kecil dan bisa masuk ke dalam sel, maka bisa mengikuti virus yang sudah terlanjur masuk ke tubuh pasien yang terinfeksi. Dan antibodi ini bisa mencegah proses menggandakan diri virus," kata Wanpen, dikutip dari Channel News Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ini belum ada obat atau vaksin untuk Ebola, tapi beberapa penelitian terus dilakukan, termasuk terhadap obat ZMapp yang diyakini bisa menghancurkan virus tersebut.
Menurut Wanpeng, riset Rumah Sakit Siriraj juga akan menciptakan obat yang lebih efisien dan efektif dibanding obat-obat Ebola yang saat ini tengah dikembangkan.
Dia mengatakan bahwa antibodi purwarupa mereka ciptakan dari gen manusia. Sampel yang digunakan sebagai virus punya sifat yang sama seperti lima jenis Ebola.
Tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian terhadap hewan sebelum mengujinya pada manusia.
"Secara teori, kami 100 persen yakin pada riset antibodi ini. Tapi masih ada dua langkah lagi dalam proses ilmiah. Pertama menguji keamanan dan keampuhannya pada binatang. Lalu, percobaan klinis pada manusia. Jika sukses, baru bisa diproduksi secara massal," kata Dr Udom Kachintorn, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mahidol.
Riset yang selanjutnya akan dilakukan oleh Siam Bioscience, perusahaan farmasi patungan antara Thailand dan Kuba, diperkirakan akan memakan waktu hingga satu tahun lamanya.
Ebola menyebar melalui cairan tubuh yang menempel melalui kontak antara penderita dengan orang lain, atau dengan menyentuh mayat korban tewas akibat Ebola.
Di negara-negara Afrika Barat seperti Sierra Leone, Guinea dan Liberia, Ebola telah menewaskan lebih dari 3.000 orang sejak mewabah awal tahun ini.