Jakarta, CNN Indonesia -- Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) diyakini menahan setidaknya 10 sandera di Suriah bagian Barat, menurut laporan
Reuters. Di antaranya adalah jurnalis asal Inggris, John Cantlie, dan warga negara Amerika Serikat, Peter Edward Kassig.
Cantlie pertama kali diculik pada Juli 2012. Ia diborgol dan ditutup matanya selama sepekan, namun berhasil melarikan diri dengan bantuan Tentara Pembebasan Suriah. Pria asal Hampshire ini bekerja untuk sejumlah media, antara lain The Sun dan The Sunday Telegraph.
Penculikan kedua terjadi ketika ia kembali ke Suriah pada akhir 2012. Kala itu, Cantlie diculik bersama jurnalis Amerika Serikat, James Foley, yang akhirnya dipenggal oleh militan ISIS pada Agustus 2014. Cantlie kemudian muncul dalam video yang dirilis ISIS pada 18 September 2014. Video berjudul “Lend Me Your Ears” itu memerlihatkan Cantlie mengenakan kaos oranye, duduk menghadap kamera video dan menjelaskan peristiwa penculikannya dan mengritik kebijakan luar negeri Inggris.
Setelah video itu beredar, ayah Cantlie, Paul Cantlie, 81, merilis video yang ditujukan kepada ISIS agar membebaskan anaknya. “Untuk kedua kalinya dalam hampir dua tahun, kita melihat John ketika ia membuat siaran televisi di mana ia mengatakan kepada pemirsa bahwa ia masih seorang tahanan Negara Islam dan bahwa mungkin ia akan hidup dan mungkin dia akan mati,” kata Paul yang mengalami kesulitan bicara dan sedang terbaring di rumah sakit. “Sebagai sebuah keluarga, kami lega bisa melihat John dan mengetahui bahwa dia masih hidup. Hal ini diikuti oleh perasaan putus asa dan tidak berdaya."
Paul berpesan kepada kelompok militan bahwa Cantlie pergi ke Suriah dengan tujuan membantu warga setempat untuk "mencari kisah nyata penderitaan rakyat Suriah".
Selain Cantlie, sandera lain yang berhasil diidentifikasi adalah Peter Edward Kassig. Nama Kassig disebut oleh algojo dalam rekaman video eksekusi setelah memenggal kepala warga negara Inggris, Alan Henning, pada Jumat (3/10).
Orang tua Kassig kemudian membuat pernyataan pers yang menyatakan bahwa putra mereka, 26 tahun, ditangkap saat melakukan kerja kemanusiaan di Suriah. "Kami memohon semua orang di seluruh dunia untuk berdoa bagi keluarga Henning, untuk anak kami, dan untuk pembebasan semua orang yang tidak bersalah dan disandera di Timur Tengah dan negara lain,” demikian cukilan pernyataan Ed dan Paula Kassig dari Indianapolis, Indiana, seperti dikutip dariReuters.
Kassig sempat bertugas sebagai tim medis di Angkatan Darat AS selama perang Irak pada April sampai Juli 2007. Setelah meninggalkan Angkatan Darat, Kassig menjadi tim medis darurat dan melakukan dinas ke Lebanon pada Mei 2012. Ia menjadi relawan dan mengobati pengungsi Palestina.
Menurut pihak keluarga, Kassig ditahan pada 1 Oktober 2013 ketika bepergian ke kota Deir al-Zor di timur Suriah saat bekerja sebagai tim medis Special Emergency Response and Assistance, sebuah lembaga swadaya yang didirikan pada 2012 dan berbasis di Turki untuk mengobati pengungsi di perbatasan Suriah. Masih menurut keluarga, selama disandera Kassig memutuskan untuk masuk agama Islam dan mengganti namanya menjadi Abdul Rahman.
Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden, mengonfirmasi penyanderaan Kassig oleh ISIS. “Kami akan terus menggunakan setiap alat yang kami miliki, termasuk militer, diplomatik, penegakan hukum, dan intelijen, untuk mencoba membawa Peter pulang ke keluarganya,” tegas Hayden.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT