Iran belum siap menjadi pemasok gas utama bagi Eropa jika terjadi pencabutan sanksi terhadap Teheran terkait pengembangan nuklirnya.
Dikutip dari Reuters, Komisi Eropa sedang mempertimbangkan untuk menjadikan Iran sebagai pemasok gas utama menggantikan Rusia.
Hal ini disebabkan hubungan Eropa dengan Iran yang kian cair. Sementara hubungan dengan Eropa dengan Rusia kembali dingin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ketinggalan dalam produksi dan berpikir tentang konsumsi domestik adalah yang utama," ujar Presiden Iran Hassan Rouhani, Sabtu (4/10).
Iran merupakan negara pemilik cadangan gas terbesar kedua setelah Rusia.
"Dari waktu ke waktu kami memiliki masalah selama musim dingin. Kami memiliki banyak pembeli, langganan kami di mana-mana. Dari negara tetangga di timur, barat, dan selatan, semua ingin membeli gas yang bahkan belum kami produksi," ujar Rouhani.
Rusia merupakan pemasok gas alami terbesar di Eropa. Produksinya memenuhi sepertiga kebutuhan Eropa dengan nilai sekitar US$80 miliar per tahun.
Sebelumnya diketahui bahwa Uni Eropa memberi sanksi kepada Moskow atas konflik di Ukraina. Hal itu menyebabkan Eropa harus mencari pengganti untuk memenuhi peningkatan kebutuhan gas mereka dari tempat lain.
"Kondisi hari ini bukan seperti pandangan orang lain yang jika Rusia menghentikan pasokannya, kemudian gas akan dipasok dari Iran. Produksi kami masih jauh dari tahap itu," kata Rouhani menambahkan.
Sejak 2008 lalu, Iran telah merencanakan pembangunan jalur pipa gas besar yang akan menghubungkan ladang gas di Teluk Persia dengan Turki, dan konsumen di Eropa. Rangkaian pipa tersebut dikenal dengan sebutan Jalur Gas Persia atau Jalur Pipa Iran-Eropa.