Iguala, CNN Indonesia -- Pihak berwenang Meksiko mengatakan mahasiswa yang hilang kemungkinan besar berada di antara mayat yang ditemukan di pemakaman masal di Meksiko barat daya dan petugas keamanan diduga terlibat dalam pembunuhan mereka.
Sejumlah penyidik mengatakan puluhan mahasiswa yang hilang setelah bentrok dengan polisi di Iguala, negara bagian Guerrero, pada 26 September kemungkinan ada di antara mayat terbakar yang ditemukan di pemakaman masal tersebut.
Para pejabat pemerintah setempat yang tidak mau disebutkan identitasnya mengatakan setidaknya 34 mayat dikubur di lokasi tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jaksa Agung negara bagian Guerrero Inaky Blanco mengatakan sejauh ini 28 mayat telah diangkat dari kuburan masal.
Dia mengatakan “sangat mungkin’ bahwa tulang belulang yang ditemukan itu adalah sejumlah mahasiswa yang hilang tersebut.
Jaksa Agung ini mengatakan dua kelompok pembunuh bayaran telah mengaku membunuh 17 dari 43 mahasiswa yang hilang dengan bantuan petugas keamanan.
Sementara penyelidik negara federal, polisi dan angkatan darat terus menggali mayat-mayat tersebut dari lokasi di kota Iguala, keluarga mahasiswa yang hilang menuntut informasi mengenai keberadaan mereka.
Kemarahan dan kesedihan tampak terlihat di universitas tempat mahasiswa yang hilang itu belajar, dan keluarga mereka menyalahkan Presiden Enrique Pena Nieto.
“Situasinya semakin memburuk,” ujar seorang wanita yang mengaku bernama Anayeli yang kehilangan saudara lelakinya. “Bisa saja Pena Nieto tidak terlibat, tetapi insiden ini terjadi ketika dia berkuasa. Dia terlibat dalam semuanya.”
Polisi mengatakan bahwa para korban dibawa ke ujung jalan, dan dipaksa berjalan ke atas bukit, dieksekuis dan dikubur di enam lokasi.
Blanco mengatakan kepada para wartawan bahwa mayat korban dibakar setelah ditumpuk dengan mempergunakan bensin atau diesel.
Dia menambahkan sejauh ini 29 tersangka berhasil diidentifikasi dan 26 diantaranya telah ditangkap termasuk Felipe Flores, kepala keamanan Iguala.
Blanco menyatakan polisi setempat telah dimasuki oleh kelompok kriminal yang dikenal dengan nama Guerreros Unidos, dan bahwa Flores bersekongkol dengan seorang pemimpin kelompok itu untuk membunuh para mahasiswa.
 Presiden Enrique Pena Nieto bertekad mengakhiri kekerasan di Meksiko ketika mulai menjabat sebagai Presiden (Reuters/Edgard Garrido) |
Dia menambahkan bahwa wakil Flores, Francisco Salgado, juga memerintahkan polisi menahan para mahasiswa yang hilang itu, dan dia sendiri kini melarikan diri.
Polisi dicurigai menculik sejumlah mahasiwa. “Mereka tidak pantas disebut polisi,” ujar petugas keamanan yang menolak disebutkan namanya.
Tersangka anggota kelompok kriminal mengatakan kepada penyidik bahwa polisi menyerahkan mahasiwa itu ke tangan pihak-pihak yang kemudian membunuh mereka, yaitu anggota kelompok kejahatan tersebut.
Tersangka anggota kelompok kriminal juga membantu aparat menemukan lokasi pemakaman.
Pemerintah Negara bagian ini mengatakan diperlukan waktu beberapa hari untuk mengidentifikasi korban.
Tentara dan polisi menutup jalan tanah yang mengarah ke lokasi pemakaman masal yang harus ditempuh dengan kaki selama 40 menit.
Walikota Iguala Jose Luis Abarca, yang sekarang menjadi buronan, juga diselidiki atas keterlibatannya dalam kasus ini.
Tekanan Pada PresidenSebanyak 22 polisi telah ditangkap terkait dengan kekerasan pada 26 September, yang menewaskan setidaknya enam orang dan melukai 25 lainnya.
Pemakaman masal ini menjadi masalah berat bagi Pena Nieto, yang ketika mulai menjabat sebagai presiden dua tahun lalu berjanji untuk mengakhiri gelombang kekerasan oleh kelompok kriminal yang telah menewaskan sekitar 100 ribu orang sejak 2007.
Meski angka pembunuhan menurun, tingkat kejahatan lain seperti pemerasan dan penculikan meningkat sejak Pena Nieto memerintah.
Dalam beberapa hari ini, jejak rekam Pena Nieto di bidang penegakan hukum tercoreng dengan peristiwa besar seperti pembunuhan anggota kongres federal dan berita bahwa tentara diyakini telah mengeksekusi tersangka anggota kelompok kejahatan.
Informasi yang menyebabkan pemakaman masal ini ditemukan didapat dari interogasi terhadap polisi yang ditangkap setelah kerusuhan di Iguala.
Selama bertahun-tahun, Guerrero, yang menjadi lokasi kota Iguala dan daerah liburan Acapulco, merupakan negara bagian yang paling tidak mengenal hukum.