Jakarta, CNN Indonesia -- Walaupun terdiri dari orang pilihan dan telah menjalani pelatihan yang keras, namun anggota pengawal presiden Amerika Serikat atau yang dikenal dengan nama Secret Service juga manusia biasa yang bisa melakukan keteledoran.
Salah satunya adalah pada peristiwa tahun 2006 lalu, saat seorang anggota Secret Service hampir saja menembak Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad saat senapannya tiba-tiba meletus.
Insiden ini dikisahkan dalah buku "Deep State: Inside the Government Secrecy Industry" karangan Marc Ambinder dan D.B. Grady.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa ini terungkap dalam sebaris kalimat saat rapat rutin intelijen dengan pejabat Gedung Putih, jelang Sidang Umum PBB ke-65, membuat semua yang hadir saat itu terdiam.
"Seorang agen Secret Service, dalam sebuah kecelakaan, menembak senapannya saat Presiden Mahmoud Ahmadinejad masuk ke mobilnya di Hotel InterContinental kemarin," tulis laporan tersebut, dikutip dari The Atlantic.
Menurut agen yang tidak disebut namanya dalam buku tersebut, seorang agen Secret Service yang mengawal iring-iringan Ahmadinejad tidak sengaja menarik pelatuk senapan, tepat saat Ahmadinejad dan rombongan hendak berangkat ke markas PBB.
Bunyi letusan senapan langsung membuat Ahmadinejad dan rombongannya terkejut.
"Semuanya langsung berhenti. Kami dan orang-orang Iran itu saling melihat. Agen itu meminta maaf. Lalu Ahmadinejad seakan tidak peduli dan masuk ke mobilnya," ujar sumber.
Saat itu kekhawatiran terbesar mereka adalah Ahmadinejad --musuh terbesar AS karena dituduh mengembangkan senjata nuklir-- akan menyinggung peristiwa itu di mimbar PBB, dengan menambahkan bumbu bahwa dia akan dibunuh Amerika.
Pihak Gedung Putih juga ketakutan setengah mati insiden itu akan mencoreng citra pemerintah Bush.
Namun ternyata, Ahmadinejad dan pemerintah Iran sama sekali tidak menyinggung soal insiden tersebut.
"Diamnya Iran membuat beberapa pejabat Gedung Putih mulai melihat Ahmadinejad dengan cara yang berbeda. Ini jadi bukti bahwa Iran bertindak strategis dan berhati-hati," tulis Marc Ambinder.
Untuk ajang internasional seperti Sidang PBB, sebanyak 200 agen Secret Service dikerahkan untuk mengawal pada kepala negara, pejabat Amerika dan keluarganya, ditambah 60 orang pengamanan dari Kementerian Dalam Negeri.
Para agen juga ditempatkan di ratusan lokasi di New York tempat berbagai rangkaian acara Sidang PBB berlangsung.
Pengamanan yang masuk dalam kategori "Keamanan Nasional Khusus" atau NSSE ini telah dilakukan sejak Presiden Bill Clinton menentukan klasifikasi pengaman pada tahun 1998.
Kebanyakan NSSE ini dilakukan setelah peristiwa 11 September 2001 dan 14 acara sebelum 2007, termasuk dua konvensi presiden, inaugurasi Presiden Obama dan KTT G20 tahun 2008 dan 2009.