ISLAM DI EROPA

Austria Perketat Aturan untuk Muslim

CNN Indonesia
Jumat, 03 Okt 2014 07:23 WIB
Austria mewajibkan al-Quran punya terjemahan yang sama dalam bahasa Jerman. Warga asing juga dilarang memberikan dana bagi Muslim Austria.
Austria mewajibkan al-Quran di negara itu disertai terjemahan dalam bahasa Jerman yang sama. (Detikfoto)
Austria, CNN Indonesia -- Pemerintah Austria memperketat aturan terhadap umat Muslim dan pengajaran agama Islam, termasuk diwajibkannya al-Quran melampirkan terjemahan bahasa Jerman yang sama dan larangan bagi warga asing memberikan bantuan dana untuk organisasi Islam di negara itu.

Diberitakan Reuters, peraturan yang disahkan pada Kamis (2/10) yang bertujuan untuk mencegah ekstremisme agama itu secara otomatis merombak peraturan tahun 1912 soal status Muslim di Austria.

Di bawah peraturan ini, dua organisasi keislaman yang diakui secara resmi oleh Austria harus menerjemahkan buku-buku pengajaran mereka ke dalam bahasa Jerman dan menyertakan sumbernya dengan jelas, termasuk kitab suci al-Quran.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain melarang pendanaan asing, peraturan ini juga mengatur larangan pengajar agama Islam dari luar negeri mengajar di Austria.

Peraturan ini memicu kekhawatiran munculnya Islamofobia terhadap Muslim Austria yang jumlahnya mencapai 500 ribu orang, atau enam persen dari populasi.

Juru bicara lembaga Komunitas Agama Islam Austria, Carla Amina Baghajati, mengaku khawatir peraturan ini akan menyamaratakan antara berbagai aliran Islam, termasuk Sunni dan Syiah di Austria, yang memiliki interpretasi yang berbeda pada al-Quran.

"Peraturan ini mempertegas perlakuan yang selama ini kami alami, yaitu kecurigaan dan rasa tidak percaya terhadap Muslim," kata Baghajati.

Selamat bertahun-tahun umat Muslim hidup tenang dan berdampingan dengan damai bersama warga Kristen mayoritas di Austria.

Jika dibandingkan negara Eropa lainnya, Austria lebih terbuka terhadap Islam. Contohnya, di saat Prancis dan beberapa negara melarang cadar bagi Muslimah, Austria tidak melakukannya.

Namun belakangan sentimen anti-Islam dan anti-imigrasi mencuat seiring munculnya partai sayap kanan, Partai Kebebasan.

Ditambah lagi, kebangkitan ISIS di Irak dan Suriah membuat banyak Muslim Austria bergabung dengan kelompok bersenjata tersebut. Diperkirakan ada sekitar 140 warga Austria berperang di Irak dan Suriah.

Bulan lalu, Austria melarang simbol-simbol kelompok militan Islam dan mencabut kewarganegaraan rakyatnya yang bertempur bersama pemberontak bersenjata di Timur Tengah.

Menteri Luar Negeri dan Persatuan Austria Sebastian Kurz, yang juga anggota partai Konservatif, menegaskan bahwa hukum Syariah tidak "punya tempat di negara ini."

Menurut dia, peraturan baru ini adalah tindakan pencegahan munculnya gerakan ekstremis di Austria.

Bulan lalu di radio, dia mengatakan bahwa peraturan satu terjemahan bahasa Jerman untuk al-Quran akan menghindarkan Muslim dari kemungkinan kesalahpahaman dalam memahami arti kitab suci.

"Pesan jelasnya adalah tidak ada kontradiksi antara menjadi Muslim yang soleh dan warga Austria yang baik," kata Kurz.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER