Kobani, CNN Indonesia -- Negara Islam mengibarkan benderanya di satu gedung di kota Kobani Suriah setelah melakukan serangan selama hampir tiga minggu.
Namun, para pejuang Kurdi yang membela kota itu mengatakan pejuang Negara Islam belum mencapai pusat kota Kobani.
Dari perbatasan Suriah dan Turki terlihat bendera berwarna hitam milik ISIS dikibarkan di atas gedung berlantai empat yang terletak di dekat lokasi pertempuran tersengit yang terjadi belakangan ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kelompok radikal sempalan al Qaidah itu tengah mencoba menduduki kota berpenduduk mayoritas etnis Kurdi tersebut setelah berhasil merebut wilayah luas di Suriah dan Irak Utara baru-baru ini.
Serangan udara dari Amerika Serikat dan beberapa negara Timur Tengah yang dilakukan beberapa waktu lalu gagal menghalau pergerakan ISIS terhadap Kobani.
ISIS sendiri tengah menggempur Kobani dari tiga sisi dengan artileri berat.
Sumber-sumber di Kobanimemastikan ISIS berhasil mengibarkan benderanya di gedung tersebut, namun pasukan Kurdi sejauh ini masih dapat mencegah ISIS mendekati Kobani lebih jauh.
“ISIS telah mengibarkan benderanya di satu gedung,” kata Ismail Eskin, seorang wartawan di Kobani. “Gedung itu ada di sisi timur kota, bukan di dalam kota. Mereka belum mencapai Kobani. Kontak senjata masih tetap berlanjut dan telah ditemukan 25 mayat militan ISIS di sana.”
Serangan mortir masih menghujani daerah pemukiman Kobani dan beberapa tembakan jatuh di wilayah Turki.
Namun, permohonan dari pihak Kurdi akan bantuan militer yang lebih efektif sejauh ini masih belum dijawab, meski militer Turki terlihat mengawasi situasi di sepanjang perbatasan.
ISIS berhasil menduduki Mistanour, sebuah bukit strategis di dekat Kobani.
Satu rekaman video yang dirilis oleh ISIS menunjukkan militan-militannya berhasil menguasai menara radio di puncak bukit itu, meski keabsahan video itu tidak dapat dikonfirmasi dan Eskin mengatakan bukit tersebut masih diperebutkan oleh ISIS dan pasukan Kurdi.
Dulu Tempat AmanSebelumnya, Kobani tidak pernah tersentuh oleh perang sipil yang sudah melanda berbagai wilayah Suriah.
Kota ini sempat menjadi tempat aman bagi para pengungsi karena Presiden Bashar al-Assad memilih untuk memberi otonomi lebih luas bagi populasi Kurdi.
Namun sekarang ISIS ingin mengambil alih kota tersebut untuk memantapkan sepak terjangnya di Irak dan Suriah utara dalam upaya menegakkan Islam Sunni versi mereka.
Pemenggalan, pembunuhan massal dan penyiksaan membuat kelompok tersebut ditakuti di Timur Tengah.
Banyak pengungsi dari desa-desa yang akan diserang oleh ISIS; 180 ribu orang telah menyeberang ke Turki dari wilayah Kobani.
Menurut laporan dari Kobani dan sebuah kelompok pengama seorang prajurit wanita Kurdi memilih untuk meledakkan bom bunuh diri daripada ditangkap oleh militan ISIS setelah kehabisan amunisi padaMinggu (5/10).
 Serangan-serangan Amerika Serikat dan Sekutunya ke markas ISIS di Suriah gagal menghentikan laju kelompok Islam miitan ini (Reuters/Shawn Nickel/US Air Force handout) |
Rumah sakit di Turki kini merawat prajurit-prajurit Kurdi yang terluka yang dibawa melewati perbatasan Suriah-Turki.
Saksi-saksi mata yang sudah mengungsi dari Kobani mengatakan wanita-wanita tua di kota tersebut diberi granat sementara wanita-wanita muda tanpa pengalaman perang dipersenjatai dan dikirim ke medan peperangan.
Pasukan Kurdi di Kobani bertekad untuk tidak meninggalkan kota itu karena khawatir ISIS akan membantai mereka jika berhasil merebut Kobani.
“Jika mereka memasuki Kobani, di sana akan menjadikuburan bagi kami dan mereka. Kami tidak akan membiarkan mereka masuk Kobani selama kami masih hidup,” kata Kepala Otoritas Pelindung Kobani Esmat al-Sheikh lewat telepon, Senin pagi.
“Pilihan bagi kami adalah menang atau mati. Kami akan bertarung sampai akhir,” ujarnya menambahkan seraya terdengarnya bunyi senjata berat ditembakkan di sisi timur kota.
“Kami Butuh Bantuan Lebih”Minggu lalu, Wakil Ketua Partai Persatuan Demokratis Kurdi Asya Abdullah mengatakan kepada Reuters bahwa ISIS telah membawa sebagian besar alat peperangannya ke Kobani dari ibukotanya di Raqqa.
“Jika ISIS berhasil dikalahkan di Kobani, ISIS akan dapat dikalahkan di Raqqa dan seantero Suriah,” ujarnya.
“Kami sangat senang atas serangan udara yang dilakukan Amerika Serikat. Namun, ini tidak cukup. Kami membutuhkan serangan-serangan udara yang lebih banyak agar lebih efektif terhadap senjata-senjata ISIS untuk menghancurkan mereka.”
Politisi Kurdi juga memastikan wakil ketua PPDK lainnya, Saleh Muslim, telah bertemu pejabat-pejabat Turki untuk meminta bantua.
Sejauh ini, Turki belum memberi tanda-tanda akan bergabung dalam perlawanan terhadap ISIS selain membalas tembakan-tembakan salah sasaran ISIS yang jatuh di wilayah negara tersebut.
Akhir minggu lalu, Presiden Turki Tayyip Erdogan berjanji akan membalas serangan ISIS jika kelompok tersebut menyerang pasukan Turki.
Pada Senin, untuk kedua kali dalam seminggu tank-tank Turki dikerahkan di sepanjang perbatasan.
Beberapa tank tersebut mengarahkan bidikan ke Suriah yang nampaknya merupakan reaksi atas serangan-serangan salah sasaran tersebut.
Namun, pembebasan 46 sandera berkewarganegaraan Turki oleh ISIS bulan lalu serta keputusan parlemen Turki untuk mengizinkan pasukan Turki masuk ke daerah Suriah dan Irak memberi sinyal bahwa Ankara tengah merencakan peran yang lebih aktif dalam peperangan terhadap ISIS.
Tapi, hitung-hitungannya lebih rumit.
Selama tiga dekade, Ankara terlibat konflik dengan militan dari Partai Pekerja Kurdistan yang meminta otonomi lebih besar bagi warga etnis Kurdi di bagian tenggara Turki.
Para pengamat mengatakan Turki akan khawatir jika membantu pasukan Kurdi Suriah di dekat Kobani karena pasukan tersebut memiliki hubungan dekat dengan PPK.
Pasukan Kurdi Suriah ini juga membina hubungan dua kaki dengan Presiden Assad yang dimusuhi oleh Turki.