WABAH EBOLA

AS Akan Pindai Penumpang dari Afrika

CNN Indonesia
Selasa, 07 Okt 2014 06:47 WIB
Amerika Serikat akang mengkaji langkah pemindaian penumpang pesawat dari negara Afrika barat untuk mencegah penyebaran virus mematikan ini di wilayahnya.
Virus Ebola dikhawatirkan menyebar ke berbagai penjuru dunia melalui perpindahan warga (Reuters/Luc Gnago)
Washington, CNN Indonesia -- Pemerintah dan maskapai penerbangan tengah mendiskusikan apakah bandara di Amerika Serikat perlu memindai penumpang guna  mengidentifikasi warga yang terjangkit virus Ebola. 

Namun, Gedung Putih mengatakan larangan penerbangan dari negara-negara Afrika Barat akan memperlambat upaya memerangi virus mematikan tersebut.

“Apa yang kami ingin lakukan adalah mengevaluasi tindakan pemindaian ini,” ujar juru bicara Gedung Putih Josh Earnest.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Earnest AS tidak ingin mengganggu sistem transportasi yang digunakan untuk mengirim pasok dan personil ke negara-negara Afrika Barat yang paling terkena dampak virus Ebola.

Penumpang yang meninggalkan negara yang sudah terkena dampak Ebola diminta mengisi sebuah kuesioner yang berisi pertanyaan seperti apakah mereka mempunyai gejala seperti demam tinggi dan apakah mereka pernah berhubungan dengan seseorang yang telah didiagnosa terjangkit Ebola.

Aparat dan publik di AS sedang dalam keadaan waspada karena penderita Ebola di negara itu meningga dunia minggu lalu yang menimbulkan kekhawatiran penyakit itu akan menyebar dari Afrika Barat.

Seorang wisatawan asal Liberia bernama Thomas Eric Duncan ini dirawat di sebuah rumah sakit di Dallas setelah menolong seorang perempuan yang akhirnya meninggal karena Ebola.

Sepuluh orang yang berhubungan dengan Duncan sekarang dalam pengawasan pejabat kesehatan AS. Namun, sejauh ini mereka belum menunjukkan gejala-gejala virus Ebola.

Ebola, dengan gejala demam, muntah-muntah, dan diare, menyebar lewat kontak dengan cairan tubuh seperti ludah atau darah.

“Kekhawatiran saat ini ialah tekanan psikologis yang ditimbulkan dari kejadian ini mungkin dapat berdampak lebih parah pada komunitas di sini daripada virus itu sendiri,” ujar Komisaris Departemen Layanan Kesehatan Negara Bagian Texas Dr. David Lakey.

Duncan sendiri masih dalam kondisi kritis dan tengah diberi obat percobaan brincidofovir.

Chimerix, perusahaan pengembang brincidofovir, mengatakan obat tersebut telah diberikan kepada 1.000 pasien tanpa menimbulkan kekhawatiran keamanan baru. “Chimerix memiliki tablet-tablet brincidofovir untuk dipakai sebagai percobaan,” ujar perusahaan tersebut dalam pernyataan tertulis.

Sementara itu, langkah-langkah lebih jauh sedang diambil untuk meningkatkan upaya mengatasi Ebola di sumbernya yakni Afrika Barat. 

Kekhawatiran atas virus tersebut juga tinggi di Eropa karena tertularnya seorang suster berkebangsaan Spanyol setelah ia menolong seorang pastor yang telah meninggal karena Ebola.


Saat mengumumkan pembentukan tim khusus untuk penyakit menular, Gubernur Texas Rick Perry mengaku adanya kesalahan yang telah dilakukan dalam penanganan Ebola di Dallas.

Namun, dia membela manajemen kesehatan publik Texas secara keseluruhan.

“Saya yakin prosesnya telah bekerja,” ujar Perry. “Tidak ada wabah di sini. Hanya ada satu kejadian yang tengah ditangani dengan baik.”

Perry juga meminta peningkatan dalam prosedur pemindaian oleh agen-agen Bea Cukai dan Pengawas Perbatasan, seperti harus mendapat  informasi lebih banyak tentang penumpang-penumpang dari daerah yang terkena Ebola dan apakah  langkah lebih lanjut yang bisa diambil saat penumpang-penumpang tersebut tiba.

Jumlah kematian dari Ebola tengah meningkat di tiga negara miskin di Afrika Barat yakni Liberia, Sierra Leone, dan Guinea. Wabah Ebola ini telah membunuh 3.439 orang sejak Maret.

Selain tiga negara tersebut, Ebola juga sudah menyebar ke Nigeria, Senegal, dan Amerika Serikat. Namun, di Senegal, Ebola dipercaya sudah berhasil ditampung.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER