Empat orang telah dirawat di rumah sakit Spanyol setelah virus tersebut menyebar di luar Afrika.
Sebelumnya, perawat Spanyol menjadi orang pertama di luar Afrika yang terjangkit Ebola, menurut laporan otoritas kesehatan pada Selasa (7/10).
Perawat Spanyol tersebut dinyatakan positif terjangkit virus pada Senin (6/10), sedangkan suaminya tidak menunjukan gejala penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah Sakit Carlos merupakan tempat perawatan sang perawat yang terjangkit Ebola akibat penularan dari dua misionaris yang dirawatnya.
Hingga kini pihak kesehatan di Spanyol juga masih memeriksa bagaimana perawat tersebut bisa terinfeksi.
"Perawat dan suaminya pergi berlibur setelah dua misionaris yang dirawat meninggal pada 25 September. Sang perawat mulai merasa sakit pada 30 september sebelum akhirnya didianogsa mengidap Ebola," ujar Rafael Perez-Santamaria, Kepala Rumah Sakit Carlos III, seperti yang dikutip Reuters.
Sang perawat saat ini dirawat dengan antibodi dari pasien yang terinfeksi sebelumnya.
"20 orang yang pernah melakukan kontak dengan perawat tersebut juga sedang dipantau. Mereka tidak diisolasi, hanya dilakukan pengukuran suhu badan setiap dua kali sehari untuk memeriksa tanda-tanda infeksi," kata Santamaria.
Selain perawat dan suaminya, dua orang warga Spanyol lainnya sedang dirawat di rumah sakit untuk memastikan status penjangkitan.
"Salah satu dari mereka ialah petugas kesehatan yang mengalami diare namun tidak demam, sedangkan satu lagi adalah seorang warga yang baru pulang dari perjalanan ke Nigeria," ujar Rafael Perez-Santamaria, Kepala Rumah Sakit Carlos III.
Kepanikan peyebaran Ebola di luar Afrika membuat Pemerintah Spanyol berusaha meyakinkan rakyatnya dengan menyatakan bahwa Spanyol sangat serius dalam menangani ancaman penyebaran tersebut.
"Kami sangat terkejut dengan penyebaran ini dan langsung mengubah aturan protokol untuk mencegah penularan" ujar Santamaria.
Seorang juru bicara di Komisi Eropa mengatakan kalau kasus penyebaran Ebola di Spanyol akan dibahas pada Rapat Komite Keamanan Kesehatan Uni Eropa pada Rabu (8/10).
Jonathan Ball, seorang profesor virologi molekuler dari Universitas Notingham, Inggris, mengatakan kepada Reuters, kalau petugas kesehatan seharusnya tidak akan tertular jika pengamanan dan kontrol yang dilakukan tepat.
"Kasus ini akan menjadi pelajaran bersama agar tidak mengulang kesalahan yang sama," ujar Ball.