Perdana Menteri Thailand, Prayuth Chan-ocha akan melakukan kunjungan luar negeri pertamanya ke Myanmar pada Kamis (9/10) dengan harapan dapat membawa pesan perdamaian.
Myanmmar akan menjadi "pemanasan" sebelum Prayuth mengunjungi Konferensi Tingkat Tinggi Asia Eropa yang akan diselenggarakan di Italia pada 16-17 Oktober nanti.
Sebelum menjadi perdana menteri, Prayuth adalah pemimpin kudeta di Thailand pada 22 Mei lalu yang berhasil menumbangkan pemerintahan Yingluck Shinawarta.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Junta militer bentukan Prayuth melakukan aksi-aksi melumpuhkan negara seperti menutup situ-situs di dunia maya.
Prayuth diangkat oleh majelis nasional sebagai Pedana Menteri Thailand yang baru, Agustus lalu.
Presiden Myanmar, Thien Sein, juga merupakan mantan jendral pada era 60'an. Thien terpilih menjadi presiden setelah memenangi pemilu pada 2011 silam.
Kabinet bentukan Thein hampir mirip dengan kabinet bentukan Prayuth, di mana anggota kabinet didominasi oleh mantan perwira militer.
Sebagian besar anggota majelis nasional Thailand merupakan pensiunan tentara atau polisi. Demikian pula, seperempat dari kursi di parlemen Myanmar yang disediakan untuk memenuhi kepentingan anggota militer.
Militer Thailand kebal terhadap tuntutan atas apa yang mereka lakukan selama kudeta, militer Myanmar juga tidak pernah bertanggung jawab terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang terjadi, termasuk peristiwa "Protes 8888" tahun 1988 yang menewaskan ratusan dan melukai ribuan orang.
Baik Prayuth dan Thien mengklaim dirinya sebagai pemimpin yang reformis dan memiliki jalan keluar untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan negara.
Prayuth akan menemui Thein Sein di Naypyidaw, Myanmar, pada Kamis (9/10) dan dilanjutkan dengan pertemuan dengan investor Thailand di Yangon, Myanmar, pada Jumat (10/10).
"Thailand merupakan mitra dagang terbesar kedua Myanmar. Kunjungan Prayuth merupakan kesempatan untuk meningkatkan kerjasama antara kedua negara," ujar Yongyuth Mayalarp, juru bicara pemerintah Thailand, seperti yang dikutip Reuters.
"Perjalanan Prayuth juga akan "menumbuhkan kepercayaan" untuk membangun Zona Ekonomi Khusus Dawei, yang bernilai jutaan dolar dan berfungsi sebagai pusat industri di Myanmar selatan," ujar Yongyuth.
Namun, beberapa analis mengatakan kalau kerjasama ekonomi hanya kamuflase, karena tujuan Prayuth sebenarnya untuk menegaskan status Thailand di mata Myanmar.
"Hubungan Thailand dan Myanmar merenggang setelah ketidakstabilan politik dan ekonomi hampir satu dekade," ujar Sean Turnell, pakar ekonomi Myanmar dari Universitas Macquarie Australia.
Turnell mencatat bahwa hanya satu dari sembilan bank asing yang baru-baru ini mendapat persetujuan untuk beroperasi di Myanmar, dan salah satunya Bank Bangkok.
Proyek tahun 2013 ini sempat tertunda setelah krisis pemerintahan di Thailand.
Perusahaan Italian-Thai Development Pcl. juga gagal untuk mengamankan investasi dan izin untuk pembangunan zona saat itu.
Setelah kudeta berlalu, pemerintah Thailand dan Myanmar akan mengambil alih pembangunan zona dan berharap pengembangannya bisa dibantu oleh Jepang.
"Saya tidak akan terkejut mendengar perubahan rencana pembangunan di Dawei, tapi saya terkejut akan adanya perubahan substansi di Dawei," ujar Turnell.
Juru bicara Pemerintah Thailand yang lain menyatakan kalau Prayuth tidak memiliki rencana untuk mengunjungi Dawei.
"Di Myanmar Prayuth akan bertemu dengan pemimpin oposisi dan demokrasi, Aung San Suu Kyi, yang telah menghabiskan waktu bertahun-tahun sebagai tahanan militer Myanmar," ujar juru bicara tersebut.
Menurut seorang pejabat dari Myanmar, Thein juga akan mengangkat isu dua pekerja migran dari Myanmar ditangkap Thailand pada Sabtu (4/10) karena dicurigai membunuh dua wisatawan Inggris di sebuah pulau pada bulan lalu.
Banyak warga Myanmar yang berkomentar lewat media sosial mengatakan kalau rekan-rekan mereka yang ditangkap tersebut hanya dijadikan kambing hitam oleh polisi Thailand, walaupun hal tersebut telah dibantah pihak keamanan Thailand.
Dibandingkan dengan pendahulunya, Prayuth dinilai lebih memiliki target kepemimpinan.
Tidak seperti Yingluck, yang telah melakukan kunjungan ke 40 negara hanya setelah 33 bulan menjabat sebagai perdana menteri.
Meskipun mempunyai hubungan ekonomi yang baik, hubungan politik antara Thailand dan Myanmar seringkali tidak sejalan.
Pertama, karena hubungan dengan Amerika Serikat dan kedua, karena Myanmar menjadi negara yang dikucilkan secara ekonomi.
Saat Myanmar sedang merintis jalan menuju reformasi, Thailand kini sedang menuju otoritarianisme. Berada di persimpangan, saat ini kedua pemimpin negara memiliki banyak persamaan.