Catatan: Artikel ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi CNNIndonesia.com
Jakarta, CNN Indonesia --
Denny Armandhanu adalah penulis di CNN Indonesia.Bergerak dari Suriah, menguasai wilayah pinggiran sungai Eufrat dan Tigris di Irak, militan Negara Islam Suriah dan Irak, ISIS, menjelma jadi ancaman terbesar dunia setelah virus Ebola.
Dalam waktu singkat ISIS menjadi musuh bersama dunia. Dikerubuti oleh Barat, Timur, Liberal dan Islam, untuk mencoba menghentikan kelompok pimpinan Abu Bakar al-Baghdadi ini berkembang di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemberantasan tidak hanya dilakukan di Irak dan Suriah, yang notabene wilayah cikal bakal ISIS, tapi juga di negara-negara Barat, Arab dan Asia tempat potensial bagi ISIS melancarkan propaganda dan cuci otak demi merekruit tentara, memperkuat barisan pasukan berani mati.
Abu Bakar Baghdadi, pemimpin ISIS, yang mengikrarkan diri sebagai khalifah baru Negara Islam setelah runtuhnya Kekhalifahan Ottoman di tahun 1920an, hanya terlihat batang hidungnya sekali-duakali.
Jejak kelompok ini diwarnai dengan penghancuran, pembunuhan dan pemenggalan. Merusak segala yang mereka lintasi.
Pengikut ISIS hanya sekitar 20 ribuan, hanya segelintir dibanding 1,6 miliar Muslim dunia. Ibarat titik hitam di kertas putih yang lebar.
Namun tidak ayal, titik hitam inilah yang jadi fokus perhatian masyarakat dunia, memunculkan episode baru Islamofobia.
Kekhalifahan Baghdadi tidak sah, karena tidak dibangun atas konsensus Muslim dunia. Hizbut Tahrir |
Sejak mencuat namanya,
jumhur ulama seluruh dunia sepakat mengutuk ISIS dan menafikan Kekhalifahan yang mereka proklamirkan.
Bahkan organisasi pejuang Khilafah sekelas Hizbut Tahrir saja menegaskan Kekhalifahan Baghdadi tidak sah, karena tidak dibangun atas konsensus Muslim dunia.
Salah satu ulama Mesir yang jadi rujukan, Yusuf Qaradawi, menegaskan bahwa proklamasi kekhalifahan ISIS tidak serta merta menjadikannya pemimpin umat Muslim.
"Secara syariah, proklamasi ISIS telah batal," kata Qaradawi Juli lalu.
Ulama-ulama Arab Saudi, negara sentral pengajaran Islam, sepakat mengecam ISIS, menyebutnya Khawarij, atau pemberontak, yang sudah diprediksi kehadirannya oleh Nabi Muhammad shalallahu alaihi wassalam sebagai perusak agama.
Salah satunya adalah Imam Masjidil Haram yang tersohor, Syaikh Abdurrahman As-Sudais, mengatakan ISIS telah membuat buruk wajah Islam yang seharusnya teduh, manusiawi dan toleran.
“Mereka adalah kelompok khowarij yang ada di zaman ini. Syariat jihad yang menjadi puncak dari agama Islam ini menjadi tercoreng karena mereka,” kata Sudais dalam salah satu khutbah shalat Jumat di Masjidil Haram, dikutip dari situs Gema Islam bulan lalu.
Sangat naif jika beranggapan bahwa kelompok ini bisa diberantas dengan kekuatan senjata. Propaganda pemikiran mereka harus dihadapi dengan pemikiran, atau perang pemikiran alias
ghazwul fikr.Mencegah penyebaran propaganda ekstrem, menyensor internet, memperketat keamanan bandara, menyadap email dan telepon, dan menahan warga yang terlibat gerakan radikal -yang diatur dalam resolusi Dewan Keamanan PBB- hanya akan memberangus fisik calon-calon pengikut ISIS, sementara pikirannya liar berkelana di alam jihad yang salah.
Harus dicamkan dalam hati setiap Muslim: Islam seharusnya menjadi rahmat bagi seluruh alam. Islam yang ramah, bukan marah. Mengayomi bukan membunuh. Mencintai bukan membenci.