KONFLIK YAMAN

Diprotes, Perdana Menteri Baru Yaman Mundur

CNN Indonesia
Jumat, 10 Okt 2014 00:39 WIB
Perdana Menteri Yaman, Ahmed Awad bin Mubarak mundur dari jabatannya pada Kamis (9/10), hanya 33 jam setelah penunjukannya diumumkan Presiden Hadi.
Perdana Menteri Yaman, Ahmed Awad bin Mubarak mundur hanya 33 jam setelah penunjukannya. (Reuters/ Khaled Abdullah).
Sanaa, CNN Indonesia --

Perdana Menteri Yaman, Ahmed Awad bin Mubarak mundur dari jabatannya pada Kamis (9/10), setelah militan Houti melakukan protes.

Mubarak menyatakan pengunduran dirinya dalam lewat akun Facebook, 33 jam setelah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi mengumumkan penunjukannya. Meski demikian, ia menyanggah jika pengunduran dirinya tersebut terkait dengan aksi protes massa Houti.

Mubarak menyadari tekanan yang dihadapi Presiden Hadi. Untuk itu, ia berdoa agar sang presiden mampu mengatasi krisis politik yang sedang menimpa negaranya itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Presiden Hadi dikabarkan telah menerima pengunduran diri Mubarak. Kelompok Houti juga telah setuju untuk tidak melakukan aksi lebih lanjut. Demikian dikabarkan Kantor Berita Yaman seperti dikutip Reuters.

Di sisi lain, Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara di kawasan Teluk khawatir ketidakstabilan di Yaman dapat memperkuat al-Qaida. Al-Qaida sendiri, sejak 2012, menyatakan dukungannya pada transisi politik pimpinan Hadi.

Campur Tangan Asing

Protes yang dilakukan kelompok Houti didasarkan pada dugaan adanya campur tangan pihak asing dalam pengangkatan Mubarak. Dalam sambutannya, Houthi mengatakan bahwa Presiden Hadi telah berjanji tidak akan memilih Mubarak.

Dugaan campur tangan asing ini lantaran pengumuman pengangkatan Mubarak, dilakukan setelah Hadi bertemu duta besar AS di Sanaa.

"Sayangnya Presiden Hadi telah menjadi boneka negara barat, dan kami berharap dia mengubah sikap ini," kata Houti dalam pidato yang berdurasi 70 menit.

Seorang pejabat AS mengatakan, tuduhan terhadap Washington itu sangat tidak masuk akal. Menurutnya, penunjukan Mubarak adalah murni keputusan Pemerintah Yaman sendiri.

"Yang penting, semua pihak di Yaman mendukung percepatan implementasi kesepakatan perdamaian dan kerjasama nasional, menghormati hasil dialog nasional, dan mengembalikan kemananan dan stabilitas kondisi Yaman," kata pejabat itu.

Unjuk Kekuatan

Houti merupakan anggota Sekte Zaidi Syiah Islam, kelompok yang dominan di Yaman utara. Houti menolak penunjukan Mubarak, dan menyatakan pemimpinnya telah mengajukan nama yang pantas mengisi posisi perdana menteri tersebut.

Seorang pejabat senior Yaman mengamini hal tersebut. Seperti dituliskan Reuters, ia membenarkan Houti telah memberikan tiga nama calon yang nantinya akan dipilih Hadi.

Pemimpin Houti, Abdulmalik al-Houthi mengatakan, pada dasarnya ia tidak menginginkan anggota Houthi menjadi perdana menteri. Ia hanya menginginkan Presiden Hadi membentuk pemerintahan baru yang baik mengingat krisis politik yang telah terjadi di Yaman.

Sebelumnya pada hari Rabu, penunjukan Mubarak juga ditolak Kongres Umum Rakyat, partai naungan Presiden Hadi, dan mantan Presiden Ali Abdullah Saleh yang dipaksa mundur pada 2012. Hadi menuduh Saleh menggunakan pengaruhnya untuk melemahkan kepresidenan sekarang.

Houti sendiri tengah berupaya memposisikan diri sebagai partai politik nasional. Mereka mengklaim bahwa yang terpenting adalah menyatukan aspirasi masyarakat Yaman untuk menjauhkan negara dari korupsi dan campur tangan asing sekarang. "Tidak ada utara dan selatan,” ujar Houti tegas.

Pengumuman penunjukan Mubarak sebagai perdana menteri, klaim sang presiden, bertujuan menata kembali pemerintahannya. Ini juga bagian dari kesepakatan pengambilalihan Ibu Kota Sanaa dari Houti pada 21 September lalu.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER