MALALA YOUSAFZAI

Si Gadis Pemberani Peraih Nobel Perdamaian

CNN Indonesia
Jumat, 10 Okt 2014 18:44 WIB
Malala ditembak di kepala oleh militan Taliban karena menyuarakan pendidikan dan persamaan kaum wanita di kota Swat Valley, Pakistan.
Malala meraih penghargaan Nobel Perdamaian karena keberaniannya menentang Taliban. (REUTERS/Carlo Allegri/FIles)
Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Malala Yousafzai semakin harum dengan terpilihnya gadis 16 tahun ini meraih Nobel Perdamaian 2014, sosok termuda peraih penghargaan bergengsi yang sempat disematkan juga untuk Aung San Suu Kyi.

Malala adalah wanita pemberani dan tangguh, bersuara untuk kepentingan pendidikan wanita di kota Swat Valley, tempat tinggalnya di baratlaut Pakistan yang sejak 2003 menjadi markas Taliban.

Taliban memandang seorang perempuan tidak boleh berpendidikan atau bahkan meninggalkan rumah. Di Swat, mereka memastikan penduduk di sana mematuhi aturan tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Malala tidak takut akan aturan tersebut. Melalui blog pribadinya, ia menulis mengenai aturan yang mulai diberlakukan pada Januari 2009 di tempat tinggalnya.

"Taliban berulangkali menargetkan sekolah-sekolah di Swat," tulis Malala dalam blog pribadinya yang disuarakan ke seluruh dunia oleh BBC.

Malala sangat bersyukur mengetahui ayahnya masih menjalankan salah satu sekolah dan menentang aturan tersebut.

"Ayahku mengatakan suatu hari nanti seseorang akan mempublikasikan catatan harianku ini dan berkata betapa bagusnya (tulisan ini). Ayahku mengaku bahwa dirinya tersenyum, tetapi tidak bisa berkata bahwa tulisan ini ditulis oleh anak perempuannya sendiri," tulis Malala.

Merupakan resiko besar untuk siapapun yang ingin mendidik anak perempuannya ke sekolah di Swat.

Ayah Malala, Ziauddin Yousufzai menyadari bahwa dirinya harus menutup satu sekolah yang dioperasikannya untuk anak-anak perempuan.

Koran Daily Times Pakistan melaporkan pada Agustus 2008, kelompok militan telah menghancurkan 125 sekolah khusus perempuan dalam 10 bulan terakhir.

Sekolah dihancurkan

Pemimpin maupun politsi Pakistan tampak tidak memedulikan masalah ini, padahal pekerja HAM dan badan bantuan gencar mengadakan seminar di Pakistan untuk menyuarakan kekhawatiran mereka.

Menurut Komisi Tinggi HAM PBB, sejak 2007 hingga Maret 2009 setidaknya 172 sekolah dihancurkan. Sekitar 23 ribu anak perempuan dan 17 ribu anak laki-laki tidak dapat pergi ke sekolah.

Pada Oktober 2010, beberapa bulan setelah banjir besar yang menyebabkan kerusakan luas di Pakistan, Taliban meningkatkan aksi pengeboman terhadap sekolah-sekolah yang masih mendidik perempuan.

Hari naas

Lalu hari naas itu terjadi pada Selasa, 9 Oktober 2012, saat pria bersenjata menembak Malala di kepala dan leher. Saat itu ia baru pulang dari sekolah dengan menumpang kendaraan bersama anak-anak sekolah lainnya.

"Kami tidak menoleransi orang seperti Malala mengatakan sesuatu yang menentang kami," ujar juru bicara Taliban ketika Malala dirawat di sebuah rumah sakit Pakistan.

Kareta keterbatasan peralatan medis, akhirnya Malala dilarikan ke Inggris untuk menjalani operasi tengkorak dan berjalan sukses.

Namun peluru tidak bisa menghentikan langkahnya.

Meskipun Taliban mengancam akan mendatanginya lagi, namun Malala tetap lantang menyuarakan pendapatnya ke dunia.

Dalam setiap wawancara kepada wartawan Pakistan dan internasional, Malala terlihat sangat dewasa dalam menanggapi situasi di Pakistan.

Malala ditembak di kepalanya oleh militan Taliban. (REUTERS/Carlo Allegri/FIles)


Tidak takut

Ia tidak takut dan tidak juga menutupi wajahnya.

"Saya memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan, hak untuk bermain, bernyanyi, pergi ke pasar, bahkan berbicara," ujar Malala saat wawancara bersama CNN pada 2011 silam.

"Saya boleh bersuara. Jika bukan saya, siapa lagi?" ujar Malala melanjutkan.

Dalam wawancara bersama Geo TV di Pakistan pada 2012, Malala mengatakan Taliban dapat melakukan apapun yang mereka suka, namun ia tetap akan pergi sekolah untuk mendapatkan pendidikan.

"Kami tinggal di abad 21. Bagaimana bisa pendidikan dirampas dari kami?" ujar Malala.

Bersama dengan Kailash Satyarthi, pegiat perlindungan pekerja anak, Yousafzai meraih Nobel Perdamaian 2014.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER