Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Kailash Satyarthi mungkin tidak familiar di telinga banyak orang di dunia, namun perjuangannya terhadap hak-hak anak tidak bisa dianggap enteng. Tidak heran, penghargaan Nobel Perdamaian berhasil diboyongnya.
Satyarthi Satyarthi lahir pada 11 Januari 1954 di Pradesh, dan sekarang tinggal di New Delhi.
Dia telah aktif dalam gerakan menentang pekerja anak sejak tahun 1990-an, dan telah membebaskan lebih dari 80 ribu anak-anak dari berbagai bentuk penganiayaan dan berhasil merehalibitasi mereka melalui organisasinya yang diberi nama Bachpan Bachao Andolan atau Front Pembebasan Buruh.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kailash juga telah mendirikan sekolah keterampilan bangunan dan program pelatihan kepemimpinan untuk anak-anak di pusat pelatihan kejuruannya, Mukti Ashram.
Program ini dirancang untuk membekali anak-anak dengan keterampilan kejuruan agar mereka bisa membangun karir di masa depan.
Anak-anak juga dilatih untuk menciptakan kesadaran akan bahaya perbudakan.
Anak-anak ini diharapkan menjadi agen perubahan yang efektif saat mereka kembali ke desa mereka, dengan tujuan untuk memutus siklus perbudakan bahkan sebelum dimulai.
Dalam komunitas internasional Satyarthi juga telah ikut terlibat dalam organisasi "Global March Against Child Labor", organisasi internasional yang fokus pada pembebasan pekerja anak dan juga pendidikan pada anak.
Satyarthi juga telah mendirikan Rugmark Foundation sebagai organisasi pertama yang mengawasi sistem sertifikasi karpet tanpa menggunakan pekerja anak di Asia selatan.
Semua karpet yang dibuat di Asia Selatan harus lulus sertifikasi dari Rugmark, bahwa tidak ada anak-anak yang dipekerjakan dalam pembuatan karpet tersebut sebelum diekspor ke berbagai negara.
Satyarthi juga telah membantu berlakunya penerapan peraturan perundang-undangan perjanjian nasional India dan juga ikut berkontribusi dalam konvensi serta amandemen konstitusi pada pekerja anak dan pendidikan di tingkat internasional.
Dari insinyur menjadi aktivisSatyarthi yang lahir di daerah Vidisha, Provinsi Pradehsh, India, sejatinya adalah sarjana di bidang teknik listrik dan master di bidang teknik listrik tegangan tinggi.
Setelah mengajar di sebuah perguruan tinggi di Bophal selama beberapa tahun, Satyarthi memutuskan untuk bekerja pada kegiatan sosial karena saat menjadi mahasiswa kerap melihat banyak kemiskinan di sekitarnya.
Ia memulai kegiatan sosialnya dengan membuat bank buku untuk siswa miskin yang tidak mampu membeli buku pelajaran, sebuah program yang didukung banyak orang.
Pekerja anak memiliki porsi seperempat angkatan kerja tidak terampil dan terorganisir di Asia Selatan.
Dari 140 juta anak yang bekerja di India, 55 juta di antaranya berada dalam perbudakan dan 10 juta terikat pekerjaan oleh majikannya.
Satyarthi sendiri telah menjadi subjek dari sejumlah film dokumenter, baik serial televisi, talk show, advokasi dan sejumlah film penggugah kesadaran, serta telah diberitakan secara luas dalam majalah dan berita.
Sebelum menerima Nobel Perdamaian, tahun 2009 ia pernah mendapat penghargaan pembela demokrasi dari pemerintah Amerika Serikat, serta penghargaan Friedrich Ebert Stiftung dari Pemerintah Jerman pada tahun 1999.