PEMBUNUHAN

Saat Bos Farmasi AS Membunuh Putranya Sendiri

CNN Indonesia
Jumat, 10 Okt 2014 20:02 WIB
Kepada pengadilan, dia mengaku melakukan pembunuhan "kasih sayang" terhadap putranya yang menderita autisme di sebuah kamar hotel mewah.
Gigi Jordan membunuh putranya karena depresi. Dia terancam 25 tahun penjara. (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Mantan bos perusahaan farmasi, Gigi Jordan, awalnya terlihat tenang saat menjelaskan kepada juri pengadilan New York saat-saat terakhir dirinya melihat anak laki-lakinya hidup sebelum akhirnya memberikan anak autis usia 8 tahun tersebut campuran obat mematikan.

Jude Mirra, anak laki-laki Jordan, masih belum bisa berkata banyak. Ia mengetik melalui ponsel Blackberry untuk berkomunikasi dengan ibunya.

"Kami mengetik beberapa kali saat itu dan kami mengatakan selamat tinggal satu sama lain. Lalu saya mengambil obat-obatan dan memberikan kepadanya," ujar Jordan kepada juri Manhattan pada Kamis (9/10) saat sidang pengadilan tingkat kedua.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia pun mulai menitikkan air mata.

Dalam persidangan tersebut, Jordan mengaku memberikan lebih banyak Ambien kepada anaknya, Jude.

Jordan juga berusaha bunuh diri dengan meminum obat dicampur vodka, namun berhasil selamat.

"Saya memberinya banyak Xanax, tapi paling banyak adalah Ambien. Saya juga memberinya Hydrocodone besar. Saya meminum vodka yang dicampur jus jeruk dan tersisa sedikit. (Sebelumnya) saya memasukkan obat-obatan ke dalam minuman tersebut."

Depresi

Pengacara Jordan mencoba meyakinkan juri bahwa Jordan adalah seorang ibu yang depresi dan memutuskan membunuh Jude karena merasa tertekan akibat sikap kedua mantan suaminya.

Mantan suaminya yang pertama diduga mengancam akan membunuh dirinya. Sementara mantan suaminya yang kedua, yang merupakan ayah biologis Jude, diduga telah melakukan kekerasan seksual terhadap Jude.

Di sisi lain, jaksa penuntut berusaha menunjukkan pada juri bahwa pembunuhan pada Februari 2010 lalu itu sudah terencana dan Jordan telah memperkirakan dirinya akan bertahan hidup.

Pada pengadilan Kamis (9/10), Jordan yang merupakan mantan perawat dan telah menghasilkan jutaan dolar di perusahaan perawatan kesehatan, menyatakan bahwa aksinya adalah semacam pembunuhan "kasih sayang" karena mantan suaminya telah mengancam akan membunuh dirinya.

"Kamu akan mati," ujar Jordan menirukan ucapan suaminya.

"Saya memutuskan untuk mengakhiri hidup saya dan Jude," ujar Jude sembari menempatkan tangannya yang menutupi bibir.

Jordan mengaku menginap di hotel mewah Peninsula di Manhattan bersama dengan anak laki-lakinya dan memutuskan untuk bunuh diri bersama di sana. Saat memasuki pintu hotel, Jordan merasakan dirinya mati rasa.

"Saya merasa semuanya sudah berakhir, sudah selesai. Tidak ada lagi yang dapat saya lakukan," ujar Jordan.

Jus jeruk dan vodka

Jude dan Jordan menghabiskan sekitar enam jam dalam sebuah kamar hotel sebelum akhirnya Jordan memberikan obat-obatan mematikan kepada Jude. Jordan mengaku membunuh anaknya dengan campuran jus jeruk dan vodka. Jude tak sadarkan diri 15 menit kemudian.

"Saya tidak bisa bilang. Saya duga ia telah meninggal dunia," ujar Jordan.

Jordan menceritakan Jude sempat bernafas cepat sekali di satu waktu setelah meminum vodka dan kemudian nafasnya berhenti.

"Jantung saya mulai berdebar. Saya menempatkan Jude di atas tempat tidur dan kemudian di lantai. Saya menangis dan mulai memanggil Jude! Jude! Jude! dan melakukan CPR," ujar Jordan.

Ketika persidangan kasus ini dibuka pada bulan lalu, Jordan tidak menunjukkan emosi apapun saat jaksa penuntut menjelaskan kepada juri mengenai skenario menakutkan yang menuduh Jordan telah memaksa anak laki-lakinya menelan minuman berbahaya.

Jaksa penuntut menduga memar pada hidung, dagu dan dada Jude mengindikasikan bahwa anak tersebut dipaksa memakan campuran obat penahan sakit mematikan dan obat anti radang.

Tampak kurus dan pucat, Jordan membantah skenario tersebut di persidangan tersebut.

Jordan meyakini bahwa obat-obatan yang ia siapkan dapat membunuh dirinya dan anak laki-lakinya.

Riwayat bunuh diri

Meneliti riwayat bunuh diri keluarga, Jordan mengaku bibinya bunuh diri saat dirinya berusia 12 tahun dan ibunya sudah mencoba tindakan serupa sebanyak tiga kali.

Jordan mengatakan kekerasan fisik dan seksual kerap diterima oleh anak laki-lakinya tidak hanya oleh ayah biologis Jude sendiri, namun juga orang lain, termasuk wanita yang mengantar Jude ke sekolah.

Hal tersebut terbukti saat suatu malam, Jordan mendengar Jude berkata "ayah jahat, ayah jahat, ayah jahat".

Jude yang menderita autisme tidak pernah bisa mengartikulasikan kata-kata secara jelas sehingga terdengar berteriak.

Selain itu, Jude juga menunjukkan gerakan pada selangkangannya dan menarik Jordan ke depan diri Jude sembari berbisik "ayah, bokong, jari, jari".

Menurut Jordan, Jude selalu berkata ayah dan jelas sekali ini merujuk kepada ayahnya sendiri.

Jordan juga mengaku bahwa anaknya seringkali dipaksa untuk memakan kotoran dan melakukan hal-hal mengerikan lainnya oleh ayah biologisnya sendiri.

Menurut laporan CNN afiliasi WCBS, ayah Jude membantah semua tuduhan ini dan tidak didakwa.

Tubuh Jude yang sudah dingin ditemukan oleh polisi pada 5 Februari 2010 setelah polisi mendapat panggilan dari rekan Jordan yang tidak dapat menghubunginya.

Jaksa penuntut mengatakan dari hasil otopsi, empat obat penahan sakit dan anti radang yang digunakan untuk membunuh Jude ditemukan di perut.

Jordan terancam hukuman 25 tahun penjara jika terbukti bersalah.

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER