KONFLIK ISRAEL-PALESTINA

Parlemen Inggris Akui Kedaulatan Palestina

CNN Indonesia
Selasa, 14 Okt 2014 16:59 WIB
Anggota parlemen Inggris melakukan pemungutan suara, menghasilkan pengakuan terhadap Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat.
Pamor Israel semakin turun di mata anggota parlemen Inggris setelah serangan 50 hari Juli hingga Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 2.000 orang di Gaza. (Reuters/Ibraheem Abu Mustafa/Files)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota parlemen Inggris sepakat mendorong diakuinya Palestina sebagai sebuah negara yang berdaulat, dalam pemungutan suara yang digelar Senin (13/10), menyiratkan dukungan simbolis terhadap perjuangan kemerdekaan Palestina.

Diberitakan Reuters, dalam pemungutan suara yang digelar kubu oposisi tersebut dihasilkan 274 suara yang mendukung pengakuan status Palestina sebagai negara, dan hanya 12 suara yang menolak.

Isi dari dukungan itu adalah: "Bahwa Parlemen ini yakin pemerintah harus mengakui negara Palestina bersama dengan negara Israel sebagai kontribusi terhadap negosiasi solusi dua-negara."

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perdana Menteri David Cameron menyatakan abstain dalam pemungutan suara tersebut.

Walaupun sifatnya hanya simbolis dan tidak akan mengubah kebijakan luar negeri Inggris terkait konflik Israel-Palestina--yaitu tidak mengakui Palestina sebagai sebuah negara--namun ini adalah langkah maju dalam upaya Presiden Mahmoud Abbas mendapatkan pengakuan dunia.

Pemerintah Inggris sebelumnya mengatakan suatu saat akan mengakui Palestina sebagai negara jika memang langkah itu punya dampak besar terhadap upaya perdamaian antara Palestina dan Israel.

Grahame Morris, anggota parlemen yang juga ketua kelompok pelobi Sahabat Palestina, mengatakan bahwa pengakuan Palestina sebagai negara secara simbolis adalah langkah penting menuju perdamaian.

Menurut Morris, hubungan antara Israel dan Palestina telah menemui jalan buntu.

"Pengakuan Palestina tidak berarti akan melukai Israel. Tapi sebaliknya, ini demi kebaikan Israel juga," kata Morris, dikutip dari situs Haaretz.

Kehilangan Pamor

Kebanyakan anggota parlemen dalam debat sebelum pemungutan suara sebenarnya mendukung Israel, namun mereka mengkritik kebijakan pemerintahan Benjamin Netanyahu yang semakin membuat negara tersebut kehilangan pamor di mata internasional.

Anggota parlemen Inggris dari kubu Konservatif, Richard Ottaway, mengatakan bahwa dia dulu mendukung Israel dan ideologi Zionisme yang mereka anut.

Tapi belakangan Israel mulai mendapat predikat buruk, salah satunya karena pemerintah Tel Aviv mencaplok banyak lahan di Tepi Barat, salah satu penyebab utama mandeknya perundingan damai yang dimediasi Amerika Serikat.

Kecenderungan anggota parlemen Inggris memihak Palestina juga muncul setelah serangan 50 hari Israel ke Gaza pada Juli hingga Agustus lalu yang menewaskan lebih dari 2.000 orang.

"Israel mulai menjauh dari opini publik dunia. Keputusan mereka mencaplok wilayah Tepi Barat membuat saya terlihat bodoh sebagai pendukung Israel," kata Ottaway.

Kendati hanya langkah simbolis, namun pemungutan suara di Inggris diawasi dengan ketat oleh Israel dan Palestina.

Pemerintah Israel mengatakan pengakuan Palestina sebagai negara adalah langkah yang prematur dan berpotensi merusak upaya perdamaian kedua negara.

"Pengakuan internasional yang prematur akan mengirimkan pesan pada kepemimpinan Palestina bahwa mereka bisa menghindari keputusan sulit yang harus dibuat kedua negara, dan pada akhirnya akan merusak peluang perdamaian yang sebenarnya," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataannya.

Palestina belakangan memang tengah gencar mencari pengakuan dan dukungan dari banyak negara. Saat ini, sudah 100 negara dunia yang mengakui kedaulatan Palestina.

Swedia menjadi negara Eropa pertama yang mengakui Palestina sebagai negara dan mendukung solusi dua negara pada awal bulan ini.

Sebelumnya pada tahun 2012, Palestina berhasil mendapatkan status sebagai negara pengamat non-anggota di PBB setelah melalui lobi ketat dan pemungutan suara.

Menurut pihak Palestina, upaya mencari pengakuan ini terpaksa dilakukan karena jalan dialog di meja perundingan selalu berakhir buntu, kebanyakan karena Israel melanggar janji.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER