Los Angeles, CNN Indonesia -- Susan Marie Mellen, 59, di Los Angeles, Amerika Serikat, menari gembira setelah hakim memutuskan dia tidak bersalah dalam sebuah kasus pembunuhan yang telah membuatnya mendekam 17 tahun di penjara.
Untuk pertama kalinya, dia akhirnya bisa memeluk cucunya yang berusia 19 bulan dan bertemu dengan keluarganya yang telah lama menunggu pembebasannya.
"Saya selalu tahu suatu saat Tuhan akan mengantarkan keadilan," kata Mellen, kepada wartawan Jumat pekan lalu (10/10) usai menjalani pengadilan di Torrance, dikutip dari Fox News.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mellen sebelumnya dinyatakan bersalah tahun 1997 lalu karena dituduh jadi otak dibalik pembunuhan seorang tuna wisma bernama Richard Daly di Lawndale, California.
Ibu tiga anak ini divonis seumur hidup tanpa ada kemungkinan bebas dengan jaminan, hanya berdasarkan pada pengakuan satu orang saksi, yaitu June Patti.
Dalam penyelidikan selanjutnya, diketahui Patti yang telah meninggal dunia pada tahun 2006 punya beberapa kali riwayat berbohong dalam kesaksian.
Tiga orang anggota geng diduga terlibat pembunuhan tersebut, salah satunya telah didakwa atas kejahatan itu. Dua orang lainnya telah menjalani tes kebohongan dan mengaku hadir saat pembunuhan Daly, dan Mellen tidak ada di tempat itu saat itu.
"Saya yakin dia tidak bersalah. Karena alasan itu, saya percaya dalam kasus ini sistem pengadilan telah gagal," kata Hakim Mark Arnold dalam pengadilan pekan lalu.
Setibanya di luar pengadilan, Mellen langsung memeluk tiga anaknya dan cucunya, menari dan bernyanyi, merayakan kebebasannya dengan gembira.
"Saya menangis setiap malam. Tapi saya tidak pernah kehilangan keyakinan akan bebas suatu saat nanti. Itulah mengapa saya tulis kata 'bebas' di sol sepatu tenis saya, karena suatu saat saya akan dibebaskan," kata Mellen.
Dia mengatakan, vonis terhadapnya adalah hukuman yang kejam. Namun, dia mengaku tidak dendam pada siapapun.
"Saya selalu memaafkan musuh saya. Bahkan terhadap para pembencimu, kau harus memaafkan mereka, terkadang kita harus berterima kasih pada mereka karena telah membuat kita lebih dekat pada Tuhan," kata lanjut Mellen.
Di hari kebebasannya, dia berencana makan besar bersama keluarganya, ingin mencicipi alpukat, steak dan makanan lain yang belum pernah dirasakannya.
Dia juga akan menuju restoran McDonald's untuk memesan Happy Meal dengan putrinya yang paling kecil.
"Saya dan putri saya sedang di McDonald's saat saya ditahan dan kami tidak jadi memesan Happy Meal saat itu," ujar Mellen.
Ini bukan kali pertama salah tahan terjadi di Amerika Serikat.
Menurut National Registry of Exonerations, sebuah proyek bersama antara Fakultas Hukum Universitas Michigan dan Universitas Northwestern, dari Januari 1989 hingga Februari 2012, diperkirakan ada 873 orang yang ditahan karena kesalahan yang tidak mereka perbuat di Amerika Serikat.