PEMILU BOLIVIA

Morales Terpilih Lagi Jadi Presiden Bolivia

CNN Indonesia
Senin, 13 Okt 2014 18:56 WIB
Dengan kemenangan ini, Morales akan memimpin untuk periode ketiga di Bolivia. Dia mengubah konstitusi agar presiden bisa menjabat lebih dari dua periode.
Morales untuk ketiga kalinya terpilih menjadi presiden sejak pertama kali menjabat pada tahun 2006 lalu. (Reuters/Gaston Brito)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Bolivia, Evo Morales kembali terpilih dalam pemilu umum presiden, pada Minggu, (12/10).

Meskipun perhitungan suara resmi belum diumumkan, namun hasil penghitungan cepat secara mutlak menunjukan Morales berhasil mengalahkan beberapa rivalnya dengan perolehan suara 60 persen.

Kemenangan ini menandakan kali ketiga Morales, seorang mantan petani koka, menjabat sebagai Presiden Bolivia, sejak pertama kali terpilih tahun 2006.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini adalah perdebatan tentang dua model, nasionalisasi atau privatisasi, dan pada akhirnya nasionalisasi menang mutlak dengan lebih dari 60 persen dukungan," ujar Morales kepada ribuan pendukungnya, dari balkon istana kepresidenan.

Pengamat menilai kemenangan Morales merupakan kemenangan besar reformasi sosialis yang dianggap telah mengurangi kemiskinan dan telah memajukan perekonomian negara Bolivia melalui nasionalisasi sektor industri minyak dan gas, yang kemudian hasilnya digunakan untuk membiayai program kesejahteraan masyarakat dengan membangun jalan baru dan sekolah.

Morales juga merupakan anggota dari blok sosialis dan anti-Amerika Serikat di kawasan Amerika Latin, untuk itu, ia mendedikasikan kemenangannya untuk mantan pemimpin komunis Kuba, Fidel Castro.

"Kemenangan ini adalah kemenangan bagi anti-imperialis dan anti-kolonialis," ujar Morales.

Keputusan Morales untuk menasionalisasi perusahaan gas alamnya telah membuat kesejahteraan penduduk di Bolivia meningkat, setelah ketidakstabilan politik menyelimuti negara tersebut selama 54 tahun.

Menurut sebuah lembaga hitung cepat Mori, yang disiarkan stasiun televisi Unitel, Morales menang 61 persen jumlah suara, sedangkan rivalnya Samuel Doria Medina, hanya memperoleh suara 24 persen.

Hitung cepat yang dilakukan oleh saluran TV lokal ATB, menunjukan Morales menang dengan 60,5 persen suara.

Jajak Pendapat tersebut juga menunjukan jika Gerakan Morales Menuju Sosialisme, semakin memperkuat pengaruhnya didalam kongres, sehingga dipastikan dia akan dengan mudah mendorong reformasi dan kebijakannya di masa mendatang.

Seorang pengamat politik internasional yang tidak mau disebutkan namanya mengatakan jika Komisi Pemilihan Umum Bolivia memiliki masalah dengan keterlambatan data surat suara elektroniknya, jadi hasil resmi pemilihan baru akan dirilis Senin.

Acara kemenangan tersebut, juga dimeriahkan dengan kembang api yang mewarnai Istana Quemado atau lebih sering disebut "Istana Api" karena kediaman presiden itu pernah menjadi saksi sejarah kudeta di Bolivia saat dibakar massa.

Berkarisma

Bagi para pendukungnya, Morales adalah pemimpin berkarisma yang menjanjikan kesejahteraan bagi rakyat.

"Saya memilih Morales, karena tidak ingin calon sayap kanan lain membawa negara kami seperti masa lalu," ujar Flavia Nunez, seorang pegawai kantor berusia 50 tahun, saat ditemui ditengah kerumunan masa di La Paz.

Medina, saingan Morales tersebut, dianggap hanya menawarkan visi misi di sektor perekonomian, namun tidak fokus pada pemberantasan korupsi dan obat-obatan terlarang.

Morales, seperti slogan di berbagai papan iklannya menuliskan "Dengan Evo kita lakukan lebih baik". Sehingga pemilih menginginkan dia untuk memimpin Bolivia kembali hingga tahun 2020.

Di bawah kepemimpinan Morales, jumlah warga miskin di Bolivia menurun hingga sepertiga dari total populasi yang mencapai 10 juta orang sejak 2006, pertumbuhan ekonomi juga meningkat 5 persen per tahun, bahkan mendapat pujian dari Wall Strret dalam menjalankan surplus fiskalnya.

Namun dengan semua upaya yang telah dilakukannya, ternyata Bolivia masih menjadi salah satu negara termiskin di benua Amerika.

Salah satu Kritikus menyatakan jika Morales menggunakan kekuasaannya untuk mengontrol pengadilan dan melanggar konstitusi yang membatasi presiden untuk dipilih lebih dari dua periode.

Meski demikian, Morales sendiri telah berjanji bahwa ia tidak akan maju lagi sebagai presiden pada periode mendatang.

Kemenangan Morales di sisi lain menimbulkan kekecewaan bagi sebagian masyarakat yang menginginkan perubahan.

"Pemerintah ini pernah menerapkan kepemimpinan dua periode. Saya khawatir jika sebuah kelompok kecil betah dalam kekuasaan," ujar Miguel Angel Perez, Ekonom.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER