PRESIDEN BOLIVIA

Evo Morales, Dibenci dan Dicintai di Bolivia

CNN Indonesia
Selasa, 14 Okt 2014 11:05 WIB
Memimpin Bolivia sejak tahun 2006, Morales memajukan sektor perekonomian dan menyejahterakan rakyat. Namun, kebijakannya dinilai otoriter oleh oposisi.
Morales berhasil meningkatkan perekonomian Bolivia dan mengentaskan kemiskinan rakyat. Namun kepemimpinannya bukannya tanpa kontroversi. (REUTERS/David Mercado)
Jakarta, CNN Indonesia -- Evo Morales dipastikan maju kembali untuk memimpin Bolivia untuk ketiga kalinya sejak tahun 2006, sebuah kemenangan besar yang dianggap sebagai lambang kejayaan akar rumput.

Sebelum Revolusi Nasional tahun 1952, tidak ada yang mengira warga pribumi seperti Morales bisa berkeliaran di Plaza Murillo, jalan depan istana presiden, karena dianggap terlalu kotor dan menjijikkan.

Sekarang, Morales, seorang putra petani pribumi tanpa pendidikan tinggi duduk di istana presiden, bahkan untuk tiga periode dengan kemenangan telak 60 persen suara pada pemilu Minggu lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Evo Morales dilahirkan pada tahun 1959 dari keluarga peternak llama di Isallavi, dekat Oruro, di ketinggian 12 ribu kaki di atas permukaan laut, sebuah wilayah terpencil tanpa listrik, air bersih, dan sarana kesehatan.

Karena keterbatasan itulah, tujuh saudara Morales meninggal ketika kecil karena sakit dan kesulitan memperoleh obat.

Keluarganya lantas pindah ke wilayah Capare, di Cochabamba, untuk bekerja sebagai petani koka atau cocalero.

Petani koka yang berpaham kiri dan anti imperialis menjadi musuh pemerintahan Bolivia pimpinan Hugo Banzer yang berupaya memberantas perdagangan narkoba bekerja sama dengan Amerika Serikat.

Koka adalah komposisi utama pembuat kokaine, namun daun koka juga digunakan secara legal untuk keperluan medis dan tradisi di Bolivia.

Morales mengaku melihat sendiri tentara Bolivia membunuh para petani koka yang menolak mengaku bersalah atas tuduhan perdagangan narkoba ilegal, salah satunya dibakar hidup-hidup.

Morales lahir dari keluarga petani koka, seorang pribumi yang berhasil mengubah nasib dan menjadi pemimpin Bolivia. (REUTERS/David Mercado)
Gerakan Perlawanan

Pemandangan itu akhirnya mendorong Morales untuk aktif melakukan perlawanan, termasuk membentuk serikat petani koka, membuatnya berujung di penjara dan disiksa.

Sikap inilah yang kemudian diteruskan hingga tahun 2000an saat dia memimpin gerakan menentang privatisasi persediaan air kota, dan menjadi pemimpin gerakan menuntut nasionalisasi gas Bolivia.

Gerakan pimpinan Morales, yang merupakan antitesis dari tipikal pemerintahan Bolivia selama ini; merendahkan pekerja dan kekuatan pribumi serta menjual kekayaan alam Bolivia ke perusahaan asing, menuai simpati dan popularitas yang akhirnya mengantarkan dia menjadi presiden pada tahun 2006.

Awalnya, banyak yang meragukan kepemimpinan Morales, seorang anak petani koka.

Namun dia berhasil membuktikan diri dengan kemajuan ekonomi Bolivia yang pesat.

Sejak menjabat presiden tahun 2006, harga komoditas yang tinggi berhasil meningkatkan penghasilan ekspor Bolivia hingga sembilan kali lipat, dan negara itu memiliki cadangan kekayaan di luar negeri hingga US$15,5 miliar.

Ekonomi juga meningkat 5 persen setiap tahunnya, di atas rata-rata nasional periode sebelumnya.

Setengah juta orang rakyat Bolivia terlepas dari jerat kemiskinan setelah pendapatan bruto nasional per kapita naik dari US$1.000 menjadi US$2.550 pada 2013, seperti dilaporkan Bank Dunia.

Menurut laporan PBB, Bolivia adalah negara Amerika Latin dengan angka pengurangan kemiskinan terbesar, yaitu 32,2 persen dari tahun 2000 ke tahun 2012.

Morales juga dipuji karena berhasil menasionalisasi dan memanfaatkan kekayaan alam seperti gas dan mineral, untuk membangun infrastruktur, memberikan subsidi bagi pendidikan anak dan jaminan pensiun bagi orang tua.

Kendati menyumbang banyak bagi kemajuan Bolivia, namun Morales dikritik karena mengubah konstitusi yang semakin melanggengkannya di tampuk pimpinan. (Reuters/Gaston Brito)
Mimpi buruk AS

Namun dia menjadi momok bagi kalangan kelas menengah dan atas karena pidato dan perlawanannya terhadap imperialisme dan kapitalisme Amerika Serikat.

Saat pertama menjabat presiden, dia mengumumkan akan menjadi "mimpi buruk" bagi AS.

Tahun 2008, dia mengusir Badan Pemberantasan Narkoba AS dari Bolivia. Tahun lalu, dia juga mengusir Badan Pengembangan Internasional AS karena dituduh mencampuri urusan dalam negeri Bolivia.

Namun kebijakannya kadang dianggap terlalu keras dalam mengekang pergerakan warga, salah satunya dengan menerapkan hukum pidana bagi para aktivis lingkungan yang  memprotes limbah tambang dan menuntut air bersih bagi petani di wilayah pertambangan.

Mengubah Konstitusi

Tahun 2009, dia juga berhasil mengubah konstitusi yang pada akhirnya memperbolehkannya maju sebagai pemimpin untuk periode ketiga.

Perubahan konstitusi yang baru memuat soal perpanjangan masa kepemimpinan presiden dari empat ke lima tahun, dan menganulir seluruh periode kepemimpinan sebelum perubahan konstitusi. Artinya, Morales bisa terpilih lagi karena baru terhitung memimpin satu periode.   

Perubahan konstitusi yang dicanangkan Morales juga mengubah Bolivia dari negara Katolik menjadi negara sekuler, mengumumkan kepemilihan sumber daya oleh rakyat, dan membatasi kepemilikan lahan swasta hanya sebesar 5.000 hektar.

Selain itu untuk pertama kalinya diatur dalam konstitusi penggunaan daun koka untuk keperluan adat dan tradisi serta medis.

Morales yang pada 26 Oktober nanti akan berusia 55 tahun mengaku tidak akan maju lagi untuk periode keempat.

Sikap otoriternya memang memunculkan banyak musuh, namun pertumbuhan ekonomi pada kepemimpinannya telah membuat rakyat Bolivia mencintainya.

"Morales mengombinasikan sistem ekonomi konservatif dengan retorika sayap kiri dan pengeluaran sosial. Semua orang punya uang, upah naik dua kali lipat. Oposisi membencinya, namun seraya mengatakan Morales tidak perlu buru-buru lengser," kata pengamat politik Andrés Torrez seperti dikutip Al-Jazeera.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER